Pemerintahan

Aplikasi Sayang Warga dan Kolaborasi Kuat Surabaya Tekan Stunting Drastis

163
×

Aplikasi Sayang Warga dan Kolaborasi Kuat Surabaya Tekan Stunting Drastis

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memaparkan strategi komprehensif Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam Aksi Konvergensi Upaya Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting. Strategi ini melibatkan penggunaan Aplikasi Sayang Warga, peran Kader Surabaya Hebat (KSH), pengawasan konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri, hingga kolaborasi lintas sektor dengan berbagai pihak. Paparan ini disampaikan secara daring dari Ruang Kerja Walikota kepada Tim Penilaian Kinerja Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Provinsi Jawa Timur 2025, Rabu (11/6/2025).

Pemkot Surabaya menunjukkan keberhasilan signifikan dalam menurunkan prevalensi stunting. Data menunjukkan penurunan drastis dari 28,9% pada tahun 2021 menjadi 4,8% pada tahun 2022, dan terus berkurang hingga 1,6% pada tahun 2023.

Wali Kota Eri menjelaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari implementasi sistem Satu Data melalui aplikasi Sayang Warga (Sistem Layanan dan Pendampingan Warga Surabaya). Aplikasi ini memungkinkan pemantauan secara real-time terhadap jumlah balita stunting, gizi buruk, gizi kurang, calon pengantin, ibu hamil, dan ibu pasca melahirkan.

“Data-data penting ini dapat diakses oleh seluruh Perangkat Daerah (PD) terkait dan Kader Surabaya Hebat (KSH). Pengukuran dan publikasi data juga intens dilakukan melalui PD terkait serta sosialisasi di berbagai media,” jelas Wali Kota Eri.

Ia melanjutkan, aplikasi Sayang Warga menjadi aplikasi utama bagi KSH dalam mengumpulkan data di lapangan. Para KSH, yang merupakan warga Surabaya dengan kepedulian tinggi, telah mendapatkan pelatihan komprehensif sebelum menggunakan aplikasi ini. Data yang terkumpul kemudian diverifikasi secara sistematis oleh Puskesmas.

“Hasil survei dan data yang masuk divisualisasikan dalam bentuk laporan dan dashboard yang dapat diakses oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan, DP3A, dan dinas lain yang bertanggung jawab dalam upaya penanganan stunting,” imbuhnya.

Informasi umum terkait penanganan stunting juga dapat diakses luas melalui portal WargaKu Surabaya dan tersedia di Play Store maupun iOS, dengan memasukkan NIK, memungkinkan akses tidak hanya bagi warga Surabaya tetapi juga masyarakat luar. “Data yang ditemukan KSH dan diverifikasi sistematis juga dapat dilihat oleh pendamping PKK yang terintegrasi dalam program Sudah Keluarga,” ujar dia.

Selanjutnya, Pemkot Surabaya melaksanakan intervensi stunting dengan pendekatan siklus kehidupan, melibatkan seluruh PD sesuai tugas pokok dan fungsinya, mulai dari calon pengantin hingga anak usia SD dan SMP. Salah satu fokus utama adalah memastikan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di sekolah. Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, termasuk pihak sekolah, membentuk tim khusus untuk memastikan distribusi dan konsumsi TTD.

“Distribusi TTD dari Puskesmas ke sekolah-sekolah, mulai jenjang SD, SMP, SMA, dan sederajat seperti MI, Sanawiyah, dilakukan secara berkala. Pemberian TTD dilakukan seminggu sekali, khususnya untuk remaja putri yang sudah menstruasi, dengan data sasaran yang telah dimiliki Dinkes dan Dispendik,” terangnya.

Untuk memastikan konsumsi TTD, Dispendik Surabaya rutin mengawasi pelaksanaannya setiap seminggu sekali. Berbagai inovasi dilakukan di sekolah, seperti pemberian TTD setelah olahraga dan makan bersama pada hari Jumat. Proses ini dipantau dan didokumentasikan dalam aplikasi Profil Sekolah.

“Guru kelas 5 dan 6 (untuk SD) serta guru BK (untuk SMP) bertugas memantau dan memasukkan data konsumsi TTD ke dalam aplikasi yang terintegrasi,” tuturnya.

Wali Kota Eri menegaskan bahwa aplikasi ini bekerja dengan sistem by name by address, mencatat nama setiap anak yang sudah menstruasi di setiap kelas. Jika TTD sudah diberikan dan diminum maka akan ditandai dalam sistem. Apabila belum ditandai, akan ditelusuri penyebabnya, dan guru memiliki kewajiban untuk memastikan anak tersebut meminum TTD pada hari berikutnya.

“Hal ini memungkinkan Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Pendidikan untuk memantau siapa yang belum minum TTD, bahkan mengantar TTD ke rumah siswa jika diperlukan,” tegasnya.

Pemkot Surabaya juga menjalin kerja sama erat dengan konsorsium perguruan tinggi di Kota Pahlwan dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting. Salah satunya dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran, berfokus pada pencegahan stunting di Posyandu. Pemkot Surabaya dan Unair berkolaborasi dalam pendampingan, termasuk deteksi dini bayi/balita dengan weak fathering (memerlukan edukasi di Posyandu) dan balita dengan underweight (harus dirujuk ke Puskesmas).

“Setiap tahun, sekitar 300 mahasiswa baru FK Unair diturunkan ke Posyandu dan Puskesmas untuk pendampingan, didampingi oleh dosen,” ungkapnya.

Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Pemkot Surabaya, Anna Fajriatin menambahkan bahwa capaian indikator keberhasilan pembangunan Kota Surabaya menunjukkan peningkatan signifikan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terus meningkat dari tahun 2022 hingga 2024, mencapai 84,69. Cakupan Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2023 telah mencapai 100 persen.

“Selain itu, Indeks Pembangunan Gender juga naik dari tahun 2022 hingga 2024. Kota Surabaya mencatat tren pertumbuhan ekonomi positif, diiringi penurunan jumlah penduduk miskin ekstrem, angka kemiskinan, dan tingkat pengangguran terbuka. Seluruh kelurahan di Kota Surabaya juga telah bebas Open Defecation Free (ODF), yang berarti bebas dari buang air besar sembarangan,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *