SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tiada hentinya melakukan terobosan. Terbaru, ia telah mengizinkan jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk bekerja di mana saja atau work from anywhere (WFA).
Menurutnya, jajaran Perangkat Daerah (PD) di lingkungan pemkot bisa menyelesaikan tugasnya cukup menggunakan aplikasi. Bahkan, sebelum ada istilah WFA, Wali Kota Eri sudah menerapkan hal itu kepada camat dan lurah agar ngantor di Balai RW. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan, sehingga masyarakat tidak perlu mengurus ke kantor kecamatan atau kelurahan.
Pengamat Kebijakan Publik sekaligus Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Andri Arianto menerangkan, peristilahan ‘bekerja’ dalam konteks mobilitas global adalah mengembangkan dan membantu bisnis dengan menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat.
“Sejak Pandemi COVID-19 mengguncang konsep tersebut dengan mengganggu cara kita bekerja dan apa yang kita anggap sebagai tempat yang tepat. Pandemi telah menantang dan mengubah hubungan pegawai atau karyawan dengan pekerjaan. Kegiatan yang seharusnya dilakukan di luar rumah, terpaksa dilakukan dari dalam rumah, penerapan work from home (WFH) mulai diberlakukan,” terang Andri Arianto, Selasa (25/2/2025).
Kemudian pandemi berangsur mereda, peristilahan WFH semakin berkembang dan memunculkan peristilahan baru, yaitu WFA atau work from anywhere. “WFA ini merujuk suatu pola model kerja, di mana pegawai atau karyawan yang tidak terikat pada satu lokasi fisik tertentu (sebuah ruang kantor). Bekerja bisa dari mana saja, baik dari rumah atau bisa di ruang kerja bersama (co-working space). Bahkan di tempat lain, di luar kantor seperti café dan ruang publik umum,” ujar dia.
Konsep WFA berkaitan dengan pengaturan kerja yang fleksibel atau flexible working arrangements, dan juga sistem kerja jarak jauh (remote working). Dimana sebagian pegawai atau karyawan, bekerja di kantor dan sebagian lagi bekerja dari lokasi yang mereka pilih.
“Wali Kota Surabaya telah menyambut baik pelaksanaan WFA ini di Pemkot Surabaya dan telah menjalankannya di tahun 2024 lalu. Hal ini menunjukan gaya kepemimpinan masa depan yang mencerminkan pandangan tentang bagaimana model kerja yang fleksibel dan berbasis teknologi dapat mengubah cara kita bekerja dan memimpin di masa depan,” jelasnya.
Oleh sebab itu, ia menilai Wali Kota Eri sebagai pemimpin yang berbasis kepercayaan dan otonomi, mempercayai karyawan untuk mengelola waktu dan pekerjaan mereka sendiri yang fokus pada hasil dan produktivitas. Bukan hanya pada jam kerja atau lokasi fisik, dan meninggalkan cara-cara lama yang hanya bergantung pada pengawasan langsung.
“Catatan adanya WFA ke depan, memastikan terjadinya pengurangan biaya operasional, evaluasi kinerja pegawai berbasis efisiensi dan produktifitas, dan dapat mempercepat pencapaian SDG (Sustainable Development Goals), serta dalam hal menciptakan Kota Surabaya yang lebih inklusif, humanis, adil, dan berkelanjutan,” pungkasnya. (q cox)