Peristiwa

Asrama Papua di Surabaya Kembali Bergolak, Suko Widodo: Dibutuhkan Pendekatan Kultural

61
×

Asrama Papua di Surabaya Kembali Bergolak, Suko Widodo: Dibutuhkan Pendekatan Kultural

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Dipicu insiden pembuangan bendera merah putih di saluran oleh oknum, asrama mahasiswa asal Papua yang berlokasi di Jl. Kalasan Surabaya kembali bergolak dan harus mendapatkan penjagaan kemananan yang ekstra ketat.

Menanggapi insiden ini, Suko Widodo Pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga, mengatakan jika pelakunya berstatus mahasiswa maka problem hubungan penghuni Asrama Papua dengan warga setempat harus dilakukan secara komprehensi. Tak bisa semata mata dengan pendekatan hukum.

“Mesti juga melibatkan peran pemerintah asal dan surabaya. Lha ini memerlukan pemahaman dan empaty, dan biasanya diperlukan mediator yang paham soal budaya Surabaya dan Papua. Bisa mantan birokrat, TNI atao Polri yang pernah bertugas di sana (Papua), jadi sangat memahami kulturnya,” Ucap Dosen Fisipol ini. Sabtu (17/08/2019)

Menurut dia, dalam hal hubungan dengan warga perlu adanya mediating person yakni pihak pengubung yang bisa menjadi jembatan kepentingan para pihak

“Pihak yang menjadi mediating person haruslah memahami karakter kuktural warga asal dan warga setempat (Surabaya),” tandasnya.

Suko menegaskan jika peran pemerintah daerah asal mahasiswa sangat dibutuhkan, agar SDM yang dikirim ke luar daerah dengan tujuan belajar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang lain, selain bertujuan menuntut ilmu.

“Selama ini kota-kota pelajar yang disasar, maka harus ada masa orientasi dari pemerintah daerah asal sebelum dikirim ke daerah lain dengan status mahasiswa. Termasuk soal bagaimana berprilaku, bersosialisasi dll. Dan pemerintah daerah asal sebagai pemilik asrama harus menyeleksi, siapa yang bisa masuk menjadi penghuni asrama tersebut,” tegasnya.

Namun Suko juga mendukung tindakan aparat keamanan dari segala unsur untuk melakukan pendekatan secara jukum, jika ternyata diketahui jika para pelakunya ternyata tidak lagi menyandang status mahasiswa.

“Kalau ternyata yang terlibat bukan mahasiswa, maka negara harus hadir dengan pendekatan hukum,” tuturnya.

Kepada Pemkot Surabaya, Suko berharap agar Bakesbang dan Linmaspol melakukan pemantaun secara intensif, agar kejadian yang sama tidak kembali terulang.

“Tujuannya melindungi dan menjaga masyarakat dan wisatawan serta pekerja yang berasal dari luar daerah dan luar negeri,” pungkasnya.

Hingga berita ini dilansir, aparat keamanan masih tampak melakukan pengamanan, dengan tujuan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, utamanya potensi terjadinya gesekan dengan beberapa elemen masyarakat pendukung NKRI yang telah berada di sekitar asrama.(q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *