SURABAYA (Suarapubliknews) – Dua tahun yang lalu, tepatnya pada hari Senin tanggal 13 April 2020, Presiden RI Joko Widodo telah menetapkan Wabah virus corona covid-19 sebagai bencana nasional yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-alam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.
Lalu, bagaimana dengan kondisi terkini ? Apakah sudah ada pernyataan pemerintah yang menyatakan bahwa bencana sudah berakhir ? Masyarakat sudah mulai jenuh dan bahkan ada yang bersikap apriori dan di tengah suasana kejenuhan tersebut tiba-tiba beredar potongan Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang diklaim menyatakan Covid-19 dicabut dan tidak berlaku dengan SE Satgas No 9/2022.
Ternyata itu semua keliru, Beredarnya informasi yang menyatakan bahwa Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 No 9/2022 menyatakan bahwa Covid-19 tidak berlaku dan dicabut merupakan klaim yang menyesatkan.
Faktanya, bukan menyatakan Covid-19 dicabut dan tidak berlaku, melainkan mencabut Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dimana Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 No 9/2022 tersebut berlaku efektif mulai tanggal 2 Maret 2022.
Masyarakat harus meyakini bawah Pemerintah tetap berusaha keras menyelesaikan vaksinasi dan menyelesaikan program bantuan sosial yang dapat mendukung berakhirnya pandemi Covid-19.
Dengan segala daya dan upaya Pemerintah terus berikhtiar, berbagai kebijakan Pemerintah dijalankan untuk bisa mengatasi masalah pandemi covid-19 ini, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi dengan harapan kondisi perekonomian bisa kembali pulih.
Untuk itu sudah seyogyanya dalam beraktivitas, masyarakat tetap harus mematuhi Protokol Kesehatan, termasuk juga ummat muslim yang berada di seluruh bumi Nusantara dalam melaksanakan aktivitas ibadah di bulan suci Ramadhan tetap harus mematuhi Protokol Kesehatan guna dapat mewujudkan harapan kita semua mengakhiri masa pandemi Covid-19 yang terus bermutasi genetik dengan tingkat penyebaran yang begitu cepat.
Pemerintah selalu mengimbau agar masyarakat tetap mematuhi Protokol Kesehatan dengan cara menghindari berkerumun, semua harus saling menjaga jarak yang dikenal dengan istilah Physical distancing dan diingatkan terus untuk menjaga kesehatan dengan membiasakan hidup bersih dan selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun yang dicuci oleh air yang mengalir. serta diwajibkan menggunakan masker
Mencermati berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah, bagaimana jika kita memandang musibah bencana nasional ini dari sudut pandang Islami?
ISLAM adalah agama yang mengajarkan kelapangan. dimana seluruh ajaran agama, baik dalam bentuk perintah maupun larangan, tidak pernah dirancang untuk menyulitkan manusia.
Al-Qur’an di dalam surat Al-Taghabun ayat ke 16 menegaskan :
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Taghâbun/64: 16).
Dengan demikian, sebagai ummat Islam meghadapi Pandemi COVID-19 ini, sikap kita yang pertama adalah Tawakkal kepada Allah SWT
Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah. Ingatlah segala sesuatu atas kuasa Allah dan sudah menjadi takdir-Nya. Sebagaimana dicantumkan di dalam At-Taghabun ayat 11:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
Dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, maka kita dapat menyikapi musibah Pandemi COVID-19 ini dengan ikhklas, sehingga semua upaya Pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 bahkan menghilangkannya dari bumi Indonesia yang tercinta ini dapat kita dukung sepenuhnya.
Tidak perlu lagi ada perdebatan pada saat Pemerintah menegaskan untuk mengurangi beraktivitas di luar rumah, bekerja maupun beribadah tetap dengan mematuhi Protokol Kesehatan demi terwujudnya harapan kita semua untuk dapat mengakhiri bencana nasional ini.
Ramadan tahun ini kita jalani masih dalam situasi pandemi covid meskipun tingkat penyebarannya sudah semakin landai dan kita semua berharap tidak ada lagi hari-hari yang sulit karena dampak dari pandemi COVID-19, khususnya dalam menunaikan ibadah bagi ummat Muslim, dimana masyarakat mulai memperoleh kesempatan berlomba-lomba untuk beribadah dengan memakmurkan Mesjid, namun saat ini pelaksanaannya tetap harus mematuhi Protokol Kesehatan.
Di dalam kitab suci Al-Qurat, surat An-Nisa ayat ke 59, Islam menyuruh umatnya untuk taat dan patuh selain kepada Allah dan Rasul Nya juga harus taat dan patuh kepada ulil amri, dimana menurut Ibn Katsîr dan Al-Jashâsh, ulil amri adalah Ulama dan Umara’.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
Dari berbagai pemberitaan media, baik media cetak maupun media elektronik, dapat kita ketahui bahwa saat ini Ulama dan Umara’ memiliki suara yang sama. Baik Ulama maupun Umara ’, Keduanya mendukung peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah, menghimbau pelaksanaan ibadah di bulan suci Ramadhan dengan tetap mematuhi Protokol Kesehatan, setiap orang dianjurkan untuk hidup sehat dengan memelihara kebersihan , antara lain harus sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun yang dicuci di air yang mengalir , Hal ini sejalan dengan salah satu hadits yang menyatakan bahwa Kebersihan itu adalah sebagian dari Iman.
اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ
“Kebersihan sebagian dari iman.” (HR. Al-Tirmidzi)
Dapat kita maknai bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Maha suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan,.
Selain harus menjaga kebersihan dengan membiasakan untuk selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun yang dicuci di air yang mengalir, juga Pemerintah mewajibkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menggunakan masker. Jika dipandang dari sudut Islami, penggunaan masker ini dapat kita maknai agar kita selaku ummat Islam harus dapat menjaga mulut antara lain menjaga lisan kita yaitu jangan suka berkata tidak baik, jangan suka membicarakan orang lain dan jangan suka memfitnah.
Hal ini dapat kita lihat pelajari dari apa yang diriwayatkan di dalam hadist berikut :
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya seseorang hamba itu niscayalah berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan – baik atau buruknya, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat.” (Muttafaq ‘alaih)”
Selain mencegah agar terhindar dari berbicara tidak baik, memaknai penggunaan masker dari sudut pandang Islami, diharapkan agar kita dapat tetap menjaga mulut kita untuk tidak memfitnah orang lain, Di dalam Al-Qur’an dan hadist sendiri ada banyak makna tentang fitnah, seperti fitnah bermaksud syrik dalam islam yang keluar dari jalan yang benar, sesat, pembunuhan dan kebinasaan, perselisihan dan peperangan, kemungkaran dan kemaksiatan. Termasuk adalah menyebar berita dusta atau bohong atau mengada-ngada yang saat ini dikenal dengan istilah HOAX yang kemudian merugikan orang lain juga termasuk dalam fitnah.
Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT. sebagaimana tersebut di dalam Firman Allah Surat Al Hujurat ayat 12 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Wahai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, (sehingga kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing setengahnya yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? ( Jika demikian kondisi mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Jadi patuhilah larangan-larangan tersebut) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujurat : 12).
Dari semua apa yang telah diuraikan di atas, sebagai ummat Islam, kami menghimbau mari kita bersatu untuk melawan penyebaran COVID-19 i dengan mematuhi pertaturan-peraturan yang telkah ditetapkan oleh Pemerintah sesuai Protokol Pencegahan COVID-19.
Untuk menghadapi pandemi COVID-19 dibutuhkan kepatuhan dan kedisiplinan. Disiplin terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah demi keselamatan seluruh rakyat Indonesia dari keganasan penyebaran COVID-19. Untuk itu diharapkan seluruh rakyat Indonesia dapat mematuhinya. (q cox)