SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Jawa Timur menegaskan komitmennya untuk memperluas literasi dan inklusi keuangan masyarakat di tengah pertumbuhan positif pasar modal nasional. Hal ini disampaikan dalam kegiatan Media Gathering BEI Jawa Timur yang digelar di Surabaya.
Hingga 20 Oktober 2025, jumlah perusahaan tercatat di BEI mencapai 955 emiten, dengan 11 perusahaan masih dalam pipeline pencatatan. Total kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp14.746 triliun, dengan rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp16,3 triliun. Dari total tersebut, 657 saham atau 68,9 persen merupakan saham syariah.
Jumlah investor pasar modal nasional kini menembus 18,9 juta, di antaranya 7,9 juta investor saham. Di tingkat regional, Jawa Timur menyumbang 10,5 persen investor nasional atau sekitar 2 juta investor, menjadikannya salah satu provinsi dengan basis investor terbesar di Indonesia.
Kota Surabaya menduduki posisi tertinggi dengan 19 persen investor, disusul Kabupaten Sidoarjo (8 persen), Kabupaten Jember (6 persen), Kota Malang (5 persen), dan Kabupaten Malang (5 persen).
Selain memiliki 56 emiten, Jawa Timur juga menjadi satu-satunya provinsi di luar DKI Jakarta yang memiliki Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). Terdapat pula 50 anggota bursa dengan kantor cabang di wilayah ini, 9 perusahaan manajer investasi, serta 89 Galeri Investasi BEI, jumlah terbanyak secara nasional.
Pasar modal syariah terus menunjukkan perkembangan positif. Hingga September 2025, jumlah saham syariah mencapai 657, dengan total investor syariah 193.354 dan investor aktif 28.194, atau 15 persen dari total investor syariah nasional. Kapitalisasi pasar syariah tercatat mencapai Rp9.433 triliun, setara 63 persen dari total kapitalisasi pasar BEI.
Sementara itu, aktivitas perdagangan saham dalam lima tahun terakhir meningkat signifikan dengan rata-rata pertumbuhan nilai transaksi harian sebesar 14,16 persen per tahun. Sebanyak 20 emiten berkapitalisasi terbesar, seperti Barito Renewables Energy (BREN), Bank Central Asia (BBCA), dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA), berkontribusi hampir 60 persen dari total nilai perdagangan di BEI.
Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022, tingkat literasi keuangan pasar modal mencapai 15,2 persen, dengan inklusi 11,9 persen. Meski sempat menurun, kesenjangan antara keduanya kini menjadi yang terkecil dalam satu dekade terakhir.
Untuk memperluas pemahaman masyarakat terhadap pasar modal, BEI Jawa Timur menjalankan sejumlah program edukasi, antara lain:
JELITA (Jelajah Literasi Keuangan Jawa Timur), kampanye literasi keuangan ke berbagai daerah.
BERKAH (Belajar Terkait Investasi Syariah), edukasi investasi syariah bagi komunitas keagamaan seperti GP Ansor.
BANTER (Belajar Investasi untuk Karyawan Perusahaan Tercatat), program literasi bagi karyawan emiten di Jawa Timur, termasuk BJTM, MPMX, dan BATR.
MABAR CERIA (Mahasiswa Baru Cerdas Investasi dan Literasi Keuangan), pembekalan bagi mahasiswa baru di Universitas Negeri Surabaya dan UIN Malang.
TIMNAS (Tingkatkan Manfaat Investasi dan Literasi untuk ASN), pelatihan bagi aparatur sipil negara di sejumlah kota di Jawa Timur.
Kepala Wilayah Jawa Timur PT Bursa Efek Indonesia, Cita Mellisa, menegaskan bahwa penguatan literasi merupakan fondasi utama untuk membangun investor yang cerdas dan berkelanjutan. “Kami ingin masyarakat Jawa Timur tidak hanya menjadi investor, tetapi juga memahami risiko, manfaat, serta prinsip pengelolaan keuangan yang sehat,” ujarnya.
Dengan dukungan infrastruktur pasar modal yang kuat dan partisipasi masyarakat yang terus meningkat, BEI Jawa Timur menargetkan perluasan jangkauan literasi ke seluruh kabupaten/kota serta peningkatan jumlah investor aktif di tahun-tahun mendatang. “Potensi Jawa Timur sangat besar.
Melalui kolaborasi dan edukasi yang konsisten, kami optimistis pasar modal dapat menjadi sarana pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” tutupnya. (q cox, tama dini)