JAKARTA (Suarapubliknews) ~ PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan produk derivatif baru, yaitu Kontrak Berjangka Saham (KBS) atau lebih dikenal dengan Single Stock Futures (SSF). Acara Grand Launching SSF yang bertema “Level Up Your Trading with Single Stock Futures” ini diselenggarakan di Main Hall BEI dan dihadiri oleh para petinggi BEI, KPEI, KSEI, dan OJK.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan kehadiran Single Stock Futures akan melengkapi varian investasi bagi masyarakat. “Khususnya pada produk derivatif yang selama ini dimiliki Bursa Efek Indonesia,” ujarnya.
SSF merupakan produk derivatif baru berupa perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham di masa depan dengan harga yang telah ditentukan. SSF memiliki beberapa keunggulan dibandingkan produk investasi lainnya, antara lain:
– Lindung Nilai (Hedging): Investor dapat melakukan hedging atas portofolio dari pergerakan harga saham underlying.
– Profit Optimization: SSF dapat digunakan sebagai alternatif investasi untuk profit optimization, baik saat pasar sedang bullish maupun bearish.
– Leverage: Dana yang dibutuhkan investor jauh lebih kecil dibandingkan membeli saham secara langsung.
– Penyelesaian Transaksi Cepat: Realisasi keuntungan investor didapatkan lebih cepat karena penyelesaian SSF diselesaikan secara tunai dalam 1 Hari Bursa (T+1).
SSF yang diluncurkan menggunakan anggota Indeks LQ45 sebagai konstituen underlying. Underlying SSF tersebut merupakan 5 (lima) saham yang likuid dan memiliki fundamental baik, yaitu BBRI, BBCA, MDKA, TLKM, dan ASII. Investor yang ingin bertransaksi SSF dapat membuka rekening derivatif di Perusahaan Sekuritas Anggota Bursa (AB) yang telah memperoleh izin sebagai AB derivatif. Saat peluncuran, terdapat 3 AB derivatif, yaitu PT Binaartha Sekuritas, PT Ajaib Sekuritas Asia, dan PT Phintraco Sekuritas.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, berharap dengan diluncurkannya SSF, investor dapat memanfaatkannya sebagai alternatif produk investasi. “Investor dapat mengoptimalkan keuntungan investasinya dengan SSF melalui capital gain dan dapat menjadi hedging saat pasar sedang bearish,” ujar Jeffrey.
Ia juga berharap dengan kehadiran SSF dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia sehingga dapat mendukung peningkatan likuiditas, jumlah investor, dan resiliensi pasar modal terhadap fluktuasi pasar global di masa depan.
BEI akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada investor agar lebih mengenal dan memahami mekanisme perdagangan, serta potensi risiko dan return dalam berinvestasi di kontrak berjangka.
“BEI akan senantiasa adaptif dan inovatif dalam mengembangkan variasi produk non-saham, termasuk produk derivatif, agar dapat dimanfaatkan oleh investor pasar modal Indonesia untuk mengoptimalkan keuntungan,” tutup Iman. (q cox, tama dini)