SURABAYA (Suarapubliknews) – Di tahun 2020 ini, sebanyak 14 lembaga pendidikan menerima gelar Anugerah Adiwiyata Kota Surabaya. Dari 14 sekolah itu, terdiri dari 10 jenjang SD dan 4 SMP. Pemberian Anugerah Adiwiyata itu pun berlangsung secara terbatas di Graha Sawunggaling Lantai 6, Jalan Jimerto Surabaya, Senin (28/9/2020). Tentunya kegiatan ini berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Undangan yang hadir di lokasi dibatasi. Hanya perwakilan dari beberapa sekolah yang datang. Terutama, bagi lembaga pendidikan yang berhasil menjadi tiga terbaik dalam Program Sekolah Adiwiyata Kota Surabaya tahun 2020.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Eko Agus Supiadi mengatakan, penghargaan Adiwiyata ini diberikan kepada lembaga pendidikan yang dinilai telah menerapkan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS). Gerakan PBLHS ini, dilakukan atas dasar kesadaran kolektif, sukarela, berjejaring, dan berkelanjutan dalam menerapkan perilaku ramah lingkungan hidup.
“Harapannya memang sekolah ini peduli terhadap lingkungan, menjadikan lingkungan hidup yang berkualitas dan berkesinambungan. Kami berharap dari sekolah ini terus ditingkatkan dan ke depan kami harap jumlah pesertanya juga semakin banyak,” kata Eko Agus dalam sambutannya.
Penilaian yang dilakukan inipun berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor: P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2019. Penilaian itu, mencakup beberapa aspek, mulai verifikasi kelengkapan administrasi, kebersihan lingkungan hingga fasilitas serta sarana prasarana di sekolah.
Meski begitu, pihaknya berharap, di tahun-tahun mendatang semakin banyak lembaga pendidikan di Surabaya yang menerima Anugerah Sekolah Adiwiyata. Namun demikian, yang terpenting dalam program ini adalah mendorong warga sekolah agar terus peduli terhadap lingkungan.
“Semoga penganugerahan Adiwiyata Kota Surabaya tahun 2020 ini dapat terus mendorong warga sekolah melakukan gerakan peduli terhadap lingkungan hidup,” ujarnya.
Di waktu yang sama, Kabid Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Masyarakat, Kesenian dan Olahraga Pendidikan (PDKOP), Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Thussy Apriliandari berpesan kepada lembaga pendidikan yang belum lolos penilaian Adiwiyata 2020 dapat mengikuti di tahun-tahun berikutnya. Tentunya upaya ini juga harus diiringi dengan pembenahan dan evaluasi di lingkungan masing-masing sekolah.
“Dengan melihat atau mengevaluasi diri sendiri, kira-kira dari indikator-indikator penilaian di sekolah yang belum ada apa. Kemudian yang perlu dievaluasi apa,” kata Thussy sapaan lekatnya.
Menurut dia, kepedulian terhadap lingkungan di masing-masing lembaga pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab guru atau kepala sekolah. Namun, seluruh warga sekolah juga mempunyai tanggung jawab yang sama.
“Selamat kepala bapak ibu yang telah berhasil, namun ini adalah tanggungjawab kita bersama. Jangan lupa agar terus menerapkan program sekolah berbasis lingkungan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung berbasis lingkungan,” pesan dia.
Dari hasil penilaian yang dilakukan DLH Surabaya bersama tim penilai, sebanyak 14 lembaga pendidikan jenjang SD dan SMP berhasil menerima Anugerah Adiwiyata Kota Surabaya 2020. Untuk jenjang SD, juara 3 diraih SDN Banyu Urip III Surabaya, juara 2 diraih SDN Nginden Jangkungan I Surabaya dan juara 1 diraih SDN Pacar Keling I Surabaya. Sedangkan untuk jenjang SMP, juara 3 diraih SMPN 60 Surabaya, juara 2 diraih SMPN 33 Surabaya dan juara 1 diraih SMPN 61 Surabaya.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 61 Surabaya, Hesti Kusumawati tak menyangka sekolah yang dibinanya berhasil menerima Anugerah Adiwiyata Kota Surabaya 2020. Apalagi, sekolah ini masih terbilang baru dan diresmikan pada 18 Agustus 2020 lalu. Namun, sejak mulai beroperasi, sekolah ini telah mengajarkan anak didiknya agar peduli terhadap lingkungan.
“Alhamdulillah sekolah kami menjadi Juara 1. Saya melihat di situ (SMPN 61 Surabaya) memang luas dan bangunannya megah, jadi perlu sentuhan dan komitmen bersama dari seluruh warga sekolah,” kata Hesti.
Bagi Hesti, penghargaan yang berhasil diraih ini bukanlah tujuan utama. Sebab, sejak awal sekolah ini beroperasi pada tahun 2017, Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah sudah mulai dilakukan. Di samping itu pula, pembelajaran di sekolah juga terintegrasi dengan lingkungan.
“Penghargaan itu bukanlah tujuan awal kita, karena tujuan awal kita itu visi kita tadi (Gerakan PBLHS). Semoga penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya. (q cox)