Peristiwa

Berbekal Misi dari Taiwan, Azkarana Gagas “Bridge of Word” di Surabaya

143
×

Berbekal Misi dari Taiwan, Azkarana Gagas “Bridge of Word” di Surabaya

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Di ruang heritage Gedung de Javasche Bank, Surabaya, riuh tawa anak-anak memecah kesunyian pagi. Mereka berlarian, mengikuti instruksi permainan, lalu duduk kembali mendengarkan cerita dengan mata berbinar.

Di sela kegiatan mendongeng, tangan-tangan kecil mereka tak segan terangkat, berebut menjawab pertanyaan dari sang kakak fasilitator. Semua ini adalah bagian dari peluncuran program literasi anak marjinal bertajuk “Bridge of Word: Movement for Literacy Empowerment of Street Children in Surabaya”.

Program ini digagas oleh Azkarana Rectaversa Almadira, pelajar kelas 12 SMA Negeri 1 Sidoarjo yang akrab disapa Rana. Baru sepekan lalu ia pulang dari Taiwan, mewakili Indonesia dalam Asian Girls Campaign (AGC) 2025, sebuah forum internasional yang mempertemukan 10 perempuan muda dari 10 negara Asia untuk merancang solusi sosial berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) lewat metode project-based learning.

“Untuk kegiatan ini, misi utamanya tentu meningkatkan motivasi anak-anak untuk membaca. Hadiahnya pun buku, supaya mereka makin senang menjelajahi cerita,” ujar Rana saat ditemui di sela acara.

Kegiatan di setiap titik diawali ice breaking, dilanjutkan sesi mendongeng interaktif, tanya jawab, story mapping, dan permainan kuis analisis cerita. “Tujuannya, anak-anak punya keterampilan analisis yang lebih mendalam, bisa mengidentifikasi unsur cerita, dan belajar berpikir kritis sambil bersenang-senang.”

Rangkaian kegiatan ini akan digelar di lima cabang Save Street Child Surabaya (SSCS):
JMP – de Javasche Bank (10 Agustus 2025)
Tidar – Jl. Blauran, Sawahan (24 Agustus 2025)
Ambengan – Taman Paliatif, Tambaksari (31 Agustus 2025)
Gemblongan – Gg. Gemblongan VI, Bubutan (7 September 2025)
Makam Rangkah – Jl. Kenjeran 113 A (14 September 2025)

Model pembelajaran yang diterapkan Rana memadukan stimulasi visual, diskusi kelompok, dan permainan, menciptakan suasana belajar yang aman sekaligus menantang. “Kita tidak bisa menyuruh anak suka membaca hanya dengan buku. Kita harus hadir sebagai jembatan antara cerita dan rasa aman,” tutur gadis yang juga dinobatkan sebagai salah satu Pelajar Berprestasi Jawa Timur 2025 itu.

“Bridge of Word” bukan sekadar ajang baca buku, tapi ruang yang membangun kepercayaan diri, mendorong keberanian bertanya, dan melatih anak-anak mengekspresikan ide. Dalam pelaksanaannya, Rana menggandeng relawan muda, komunitas literasi Bibabuku, kelompok dongeng Kumpul Dongeng, serta melibatkan Vania Winola — influencer pendidikan dengan 1,3 juta pengikut Instagram — sebagai mentor motivasi.

Program ini sejalan dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 10 (Mengurangi Kesenjangan), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan). Dukungan datang dari berbagai pihak, termasuk Pemprov Jawa Timur, Pemkot Surabaya, Pelindo Multi Terminal, Bank Indonesia Jawa Timur, Lazisnu Jawa Timur, J-One, dan Depot Sedap Melati.

Dengan rencana berkelanjutan dan kolaborasi lintas komunitas, Rana berharap program ini menjadi benih yang tumbuh di hati anak-anak jalanan, memupuk rasa ingin tahu mereka, dan menanamkan keyakinan bahwa setiap cerita — termasuk cerita hidup mereka — layak untuk dibaca, diceritakan, dan diperjuangkan. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *