WARSAWA, POLANDIA (Suarapubliknews.net) – Anggota DPRD Surabaya saat ini sedang melaksanakan kunjungan kerja ke Kota Warsawa-Polandia yang bendera kebangsaannya mirip dengan Indonesia yakni merah putih.
Berikut adalah catatan Vinsensius Awey anggota Komisi C DPRD Surabaya yang dibagikan melalui jejaring sosial beberapa jam lalu.
Kota Warsawa ini lokasinya sangat strategis, karena menjadi pusat kota negara-negara Eropa Timur, dan sangat terkenal di era perang dingin sebagai pusat aliansi militer negara-negara Eropa Timur di bawah komando Uni Sovyet dengan nama Pakta Warsawa.
Jumlah penduduknya hanya sekitar 1,9 juta jiwa, dengan luasa wilayah kota sekira 517,24 km2, dan ketinggiannya 78–116 m (328 ft) dari permukaan laut. Namun bangunan-bangunan indah di kota ini pernah dihancurkan oleh tentara Jerman yang menduduki serta menjajah Polandia pada tahun 1944. Yang kemudian pembangunannya kembali dilakukan setelah berakhirnya perang.
Kota tua (old town) yang merupakan kebanggaan Warsawa yang terletak di tepi sungai Vistula menjadi bagian terindah yang dikelilingi oleh rumah-rumah elegan dan taman-taman yang indah.
Di samping bangunan-bangunan indah yang bertebaran di seluruh sudut kota, Warsawa juga dikenal sebagai kota yang sangat inspiratif bagi para komponis musik klasik di daratan Eropa. Tidak mengherankan, sebab di kota ini pula dibuat monumen peringatan bagi Fryderyk Chopin, komponis musik klasik terkenal di dunia. Monumen tersebut terletak di taman Laziensky.
Kota Warsawa ini juga pernah diduduki oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II (1939-1945). Kota ini menderita lebih banyak kehancuran dibanding kota-kota Eropa lainnya. Sebagian besar penduduk Yahudi tewas di kamp-kamp konsentrasi Jerman.
Sebuah pemberontakan pada tahun 1943 yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang masih hidup mengakibatkan kehancuran Ghetto Warsawa. Hal ini diikuti, pada tahun 1944, dengan kebangkitan tentara bawah tanah Polandia. Jerman menanggapi hal ini dengan menghancurkan sebagian besar kota tua dan bagian lain dari kota ini. Di akhir perang, Warsawa kembali dibangun menggunakan perencanaan, peta, dan lukisan lama.
PERTEMUAN DI KANTOR KBRI – POLANDIA
Rabu tgl 06 Des 2017 pkl 13.00 waktu setempat bertempat di KBRI Warsaw Polandia. Pertemuan dgn Bpk Peter F. Gontha, Dubes RI utk Negara Polandia berjalan cukup hangat. Seperti yang diketahui oleh publik selama ini bahwa Bpk Peter F. Gontha lebih dikenal sebagai pembisnis handal (pemilik RTV, Chandra Asri dan sejumlah usaha besar lainnya) serta juga sebagai musisi Jazz (jazz impresario) dibandingkan beliau sebagai Dubes RI utk Polandia.
Ada byk hal yang kami bicarakan selama kurang waktu satu jam lamanya diruang kerjanya. Beliau menyampaikan soal garis politik Polandia yang memang merupakan bagian dari Blok Timur karena kedekatannya dengan Rusia—dulu USSR (Union of Soviet Socialist Republics)—sama seperti Yugoslavia, Kroasia, Albania. Namun, walaupun ada Blok Timur dan Blok Barat, belum tentu negara-negara Blok Timur itu berada di Eropa Timur. Polandia berada di Eropa Tengah dan mempunyai inovasi serta teknologi yang sangat canggih.
Ketika saya singgung soal inovasi-inovasi Polandia yang bisa dimanfaatkan oleh Jawa Timur khususnya kota Surabaya, beliau menyampaikan banyak penemuan atau inovasi di Warsawa [Ibu Kota Polandia], mulai dari paper clips yang kita pakai sehari-hari sampai vitamin B. Ada pula penyapu ranjau, manufaktur kapal selam, dan galangan kapal terbesar di Eropa Tengah.
Alat kesehatan Jerman umumnya juga dibuat di Polandia. Selain itu, Polandia mempunyai teknologi dan pendidikan pada bidang agrikultur yang sangat canggih. Polandia merupakan lumbung makanan bagi negara European Union (EU).
Menurut beliau, hal ini ini membuat hubungan Indonesia dengan Polandia menjadi sangat menarik karena banyak teknologi dan produk Polandia sangat dapat dipergunakan di Indonesia.
Teknologinya tinggi tetapi harganya bersaing dengan negara EU lainnya. Meskipun harganya sedikit lebih mahal dari Tiongkok, namun standar kualitas produknya berdasarkan ketetentuan EU.
Beliau juga menyampaikan bahwa Polandia juga merupakan negara yang memproduksi turbin terbesar di dunia. Kebanyakan turbin listrik di dunia, dibawah perusahaan General Electric, dibuatnya di Polandia.
Polandia sekarang juga mulai memenangkan banyak proyek listrik PLN di Tanah Air. Selain itu beberapa sektor yang sangat diminati di Polandia antara lain maritim, agrikultur, kelistrikan, kelautan, teknologi informasi (IT), farmasi, alat rumah sakit dan kedokteran, serta mulainya minat mahasiswa Indonesia belajar di Polandia.
Selama ini untuk market Polandia, tidak banyak produk Indonesia yang berhasil tembus pasar Polandia selain hasil perkebunan juga ada sepatu, furnitur, tekstil, permen kopi dan mi instan. Beberapa produk ekspor yang sebetulnya diminati di sini adalah teh, kopi, karet, beberapa produk agrikultural, tanaman tropis dan lainnya. Namun masih belum mendpt.porsi.besar bg market sini.kalah bersaing dgn negara penghasil lainnya.
Selain membicarakan peluang usaha bagi Indonesia untuk tembus pasar Polandia, pak Peter.F Gontha juga menyampaikan kepada kami terkait dunia pendidikan di Polandia. Menurut beliau rata-rata universitas terkenal di Polandia sudah berdiri 200—300 tahun lamanya.
Pendidikan disini sangat berkualitas bahkan pengangguran terjadi karena penduduk disini overeducated. Adapun pertumbuhan ekonominya, yang memang satu-satunya positif selama 15 terakhir, yang berkisar 3%–4%, tidak sebanding dengan jumlah lulusan terdidik di Polandia.
Bagi mahasiswa Indonesia, Polandia seharusnya bisa menjadi tujuan belajar alternatif. Mayoritas dari kita sering menganggap pendidikan di Polandia dianggap susah dan memang merupakan salah satu bahasa yang tersulit di dunia.
Namun, yang tidak diketahui, adalah bahasa yang dipakai untuk mahasiswa asing disini adalah Bahasa Inggris. Pendidikan di Polandia dari sisi kualitas tidak kalah dengan pendidikan di Jerman, Inggris, Prancis atau Belanda.
Pendidikan di sini semua harus berstandar EU karena lulusan Polandia semua harus dapat bekerja di semua negara anggota EU. Ini adalah perjanjian antarnegara anggota EU. Dari sisi biaya, pendidikan disini hanya sekitar 12%–13% dibandingkan dengan biaya belajar di negara-negara Eropa Barat ataupun Amerika.
Menurut pak Dubes, Indonesia tetap mempunyai kesempatan mengirimkan anak-anaknya ke Eropa Tengah yang kualitas pendidikannya sama dengan negara Eropa Barat ataupun Amerika Serikat (AS). Sangat cocok untuk kita karena Indonesia memerlukan begitu banyak tenaga terdidik terutama di bidang teknologi, teknik agrikultur, dan kedokteran.
“Saya merasa sedih bahwa hal ini tidak diperhatikan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi di Indonesia,” keluh Awey
Diakhir pertemuan, beliau menitipkan salam hangatnya kepada Ibu Risma (Wali kota Surabaya), yang menurut beliau, Risma adalah sosok pemimpin hebat yang ada direpublik ini dan cakap merubah wajah kota Surabaya menjadi tampak asri dan nyaman spt saat ini.
Dalam waktu dekat ini beliau akan ke Surabaya dan berkunjung ke Integra Furniture, perusahaan miliknya Bp Halim Rusli, yang mana hasil.produksi furniture Integra telah berhasil menembus pasar Polandia. Sampai ketemu kembali di Surabaya, pak Dubes & Selamat bertugas. (q cox)