SURABAYA (Suarapubliknews) – Djisanto Karoeniadi, terdakwa dalam kasus perbuatan curang hingga menyebabkan korban mengalami kerugian sebesar Rp 450 juta, menjalani sidang perdana dengan agenda dakwaan di Pengadilan Negeri Surabaya, Senin (09/03/2020).
Dari pantauan jalannya sidang, terdakwa Djisanto didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Deddy Arisandi dari Kejaksaan Negeri Surabaya telah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 379a KUHP.
“Terdakwa Djisanto Karoeniadi didakwa telah melakukan yang pada intinya, menjadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasaan untuk membeli barang-barang, dengan maksud supaya tanpa pembayaran seluruhnya memastikan penguasaan terhadap barang-barang itu untuk diri sendiri maupun orang lain,”ucap JPU Deddy saat membacakan surat dakwaannya di ruang Kartika 2.
Usai mendengar dakwaan JPU tersebut, Peiter Manuputty, penasihat hukum (PH) terdakwa Djisanto bakal mengajukan keberatan (eksepsi). Eksepsi PH akan diagendakan pada pekan berikutnya oleh ketua majelis hakim Yulizar.
“Baik, kita tunda sidang pekan depan dengan agenda eksepsi dari PH terdakwa,”kata hakim Yulizar.
Terpisah, Pieter Manuputty saat ditemui usai persidangan menyampaikan bahwa sebenarnya kasus ini terkait kerjasama antara terdakwa dan pelapor.
“Pelapor ini posisi ada di Jakarta. Klien saya ini sudah memberikan jaminan surat toko di Genteng, dia (Djisanto) punya toko disana,”ujar Pieter.
Selain ada jaminan surat toko, Pieter mengaku kliennya sudah mencicil dan tidak pernah telat. “Itu sebetulnya bisa dilakukan peralihan hak, dibawah tangan bisa. Tapi tahu-tahu dari si pelapor yang sudah menerima uang beberapa kali tidak pernah telat. Tahu-tahu melaporkan ini ke Polrestabes (Surabaya),”terangnya.
Terkait eksepsi, Pieter mengaku kasus ini sebenarnya masuk ranah perdata bukan pidana. Menurutnya, dari total uang kerugian senilai Rp 450 juta itu sudah ada yang di bayar secara cicil.
“Kekurangannya penbayarannya berapa kurang jelas. Tapi yang sudah jelas ada kesepakatan pembayaran menyicil,”pungkas Pieter.
Untuk diketahui, terdakwa Djisanto Karoeniadi, memesan barang elektronik kepada saksi Harjanto Jasin berupa Mic, Speaker, Woofer dan Power, dengan nilai total Rp. 507.950.000,-. Kemudian oleh terdakwa pada tanggal 24 Januari 2018 baran-barang yang diterima dari Toko Gamelan tersebut sebagian direturn dengan nilai total secara keseluruhan sebesar Rp. 25.650.000,-.
Jadi total kewajiban terdakwa untuk dilakukan pembayaran kepada Toko Gamelan adalah sebesar Rp. 482.300.000,-, namun oleh terdakwa barang-barang elektronik yang telah diterima tersebut sesuai nota penerimaan sebagaimana tersebut diatas baru dilakukan pembayaran sebesar Rp. 29.000.000,- (dua puluh sembilan juta rupiah).
Dari semua barang-barang elektronik yang dikirimkan oleh Toko Gamelan berdasarkan pemesanan dari terdakwa dari tanggal 11 September 2017 sampai dengan tanggal 23 Oktober 2017, tidak dibayarkan seluruhnya oleh terdakwa, sehingga akibat dari perbuatan terdakwa tersebut saksi Harjanto Jasin/Toko Gamelan mengalami kerugian sebesar Rp450 juta. (q cox)
Foto : Terdakwa Djisanto Karoeniadi (rompi merah) sesaat usai jalani sidang di PN Surabaya, Senin (9/3/2020).