SURABAYA (Suarapubliknews) – DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya merayakan Bulan Bung Karno, yang jatuh setiap Juni, dengan terus menghadirkan pemikiran dan perjuangan Sang Proklamator, Presiden pertama RI, Ir Sukarno, ke kampung-kampung.
“Bulan Juni ini kita memperingati Bulan Bung Karno. PDI Perjuangan Surabaya bergerak menghadirkan Bung Karno ke kampung-kampung di Kota Pahlawan dengan berbagai kegiatan,” ujar Ketua DPC PDIP Surabaya, Adi Sutarwijono, Rabu (2/6/2021).
Adi menjelaskan, Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno karena pada bulan ini penuh dengan peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan Bung Karno. Pada 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, Bung Karno untuk kali pertama menyampaikan gagasan tentang lima sila dasar negara, yang dinamakan Pancasila. Hari itulah, 1 Juni, yang kini kita kenal sebagai Hari Lahir Pancasila.
Kemudian, hari bersejarah lainnya adalah 6 Juni 1901, ketika Bung Karno lahir di Surabaya.
“Bung Karno lahir di Surabaya, menghabiskan masa remaja di kota ini, menghimpun gagasan dan berjuang di Surabaya. Maka tak salah Bung Karno menyebut Surabaya sebagai dapur nasionalisme,” ujar Adi yang juga ketua DPRD Surabaya.
Lalu pada 21 Juni 1970, Bung Karno wafat di Jakarta, dan dimakamkan di Kota Blitar, yang membawa kesedihan mendalam bagi rakyat Indonesia.
“Bulan Bung Karno menjadi momentum yang tepat untuk terus merefleksikan dan mengaplikasikan pemikiran dan perjuangan beliau, termasuk yang paling utama adalah soal Pancasila yang digali Bung Karno dari tradisi dan kearifan rakyat,” ujar Adi yang juga Ketua DPRD Surabaya.
Sejumlah kegiatan yang digelar PDIP Surabaya di Bulan Bung Karno. Di antaranya bakti sosial di tempat kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean, Kelurahan Peneleh, Surabaya. Juga mengajak anak-anak muda menapaktilasi perjalanan Bung Karno di kampung-kampung Surabaya. Setiap anggota DPRD Surabaya dari PDIP juga akan melakukan “sambang kampung” untuk menyemarakkan Bulan Bung Karno.
“Kita sengaja hadirkan Bung Karno ke kampung-kampung, di tengah-tengah rakyat, karena memang Bung Karno adalah sosok yang merakyat, yang mencintai desa dan kampung, yang mendapatkan inspirasi pemikiran dan perjuangannya dari rakyat di desa dan kampung,” papar Adi.
Juga ada kegiatan diskusi daring “Bung Karno Belajar di Surabaya”, lomba vlog kidungan kalimat-kalimat khas Bung Karno, lomba foto ekonomi kreatif dan kerakyatan, penanaman pohon, diskusi daring Hari Lahir Pancasila, hingga ziarah ke makam Bung Karno.
Selain itu, ada talkshow tentang “Mustika Rasa”, resep masakan warisan Bung Karno.
“Kita lakukan aktivitas yang mengupas Bung Karno dari berbagai sisi, mulai pemikiran, perjuangan, masa sekolah, hingga gagasan beliau soal bagaimana kuliner tradisional kita harus dilestarikan sebagai bagian dari budaya dan penggerak ekonomi. Ini menunjukkan bahwa Bung Karno selalu berpikir besar dan komprehensif untuk bangsa ini,” pungkas Adi. (q cox)