Jatim Raya

Butuh Sentuhan Pemkab Malang, Wisata Ritual Gunung Kawi Riwayatmu Kini

401
×

Butuh Sentuhan Pemkab Malang, Wisata Ritual Gunung Kawi Riwayatmu Kini

Sebarkan artikel ini

MALANG (Suarapubliknews.net) – Wisata ritual Gunung Kawi yang berlokasi wilayah barat Kabupaten Malang ini kondisinya semakin memprihatinkan, karena jumlah pengunjungnya terus menurun drastis dalam setiap tahunnya. Senin (18/6/2018)

Ada beberapa penyebab, diantaranya adalah tingkat kepercayaan pengunjung yang jumlahnya kian menurun karena sebelumnya di dominasi oleh para manula yang saat ini sudah banyak yang meninggal.

Sementara anak dan cucunya lebih memerlukan wisata rekreasi seiring dengan agama yang dianutnya. Sehingga lebih memilih tujuan Kota wisata Batu yang jarak tempuhnya tidak jauh dari lokasi Gunung Kawi.

Dampaknya, okupansi penginapan dan hotel di sekitar makam Eyang Raden Mas Kyai Zakaria alias Mbah Jugo, dan Raden Mas Imam Sujono, alias Mbah Sujo, juga menurun bahkan tarifnya terus merosot.

Demikian juga dengan masyarakat sekitar yang selama ini membuka usaha warung, depot, restaurant, toko souveneur, penjual bunga dll. Tidak lagi berani melakukan investasi lebih tinggi saat hari raya Idhul Fitri tiba karena pembelinya juga jauh berkurang.

“Dulu, hotel kami sudah full received sebulan sebelum hari raya Idhul Fitri, tapi sekarang, ramainya hanya 2-3 hari, itupun tarif hotelnya sangat bersaing sehingga saling banting harga,” ucap salah satu pegawai Hotel Subur.

Wisata ritual Gunung Kawi masuk wilayah Desa Wonosari yang terdiri dari 14 RW, dan dalam setiap tahunnya masyarakat sekitar Gunung kawi mengadakan acara bertajuk Ritual Satu Suro.

Setiap RW akan menampilkan karya seni berupa Jolen Hias yang diiringi musik dan tarian warganya sebagai wujud rasa syukur. Namun kondisi pengunjungnya juga tidak jauh berbeda.

“Pengunjung yang datang lebih banyak bertujuan rekreasi ketimbang ritual, oleh karenanya warga berusaha memberikan sajian atau hiburan anyar bagi wisatawan yang masih setia,” ujar salah satu warga setempat.

Menurut dia, pengembangan wilayah Gunung Kawi sangat diperlukan, utamanya di sektor rekreasi dan hiburan seperti yang terjadi di Kota Batu.

“Andai saja Pemkab Malang bisa memberikan perhatian lebih untuk wilayah ini, tentu akan menjadi lokasi alternatif bagi wisatawan dan kami yakin akan bisa bersaing dengan Batu,” tandasnya.

Untuk diketahui, Desa Wonosari yang memiliki luas wilayah 67 Km2 ini merupakan hasil pemekaran dari Desa Kebobang, Kecamatan Ngajum pada tahun 1986.

Nama Wonosari berasal dari bahasa Jawa wono atau “hutan” dan sari atau “inti” karena tempat ini terdapat obyek wisata spiritual. Desa ini terbagi menjadi empat dusun sebagai berikut: Dusun Wonosari, Dusun Sumbersari, Dusun Pijiombo dan Dusun Kampung Baru.

Desa Wonosari yang diawali pada tahun 1986 adalah desa Persiapan setelah pemekaran wilayah kecamatan Ngajum Ke kecamatan Wonosari, pada saat itu kepala desa ( P.J Kepala Desa ) dijabat oleh Bpk. Tasmain.

Kemudian pada tanggal 7 Maret tahun 1989 menjadi Desa Difinitip. Dan pada tahun 1990 terjadi pergantian kepala Desa oleh kepala desa P. Mulyo Setiyono hingga 1996, selanjutnya hingga pada tahun 1998 kepala desa dijabat oleh P. Banjir sebagai P.J.S (pejabat sementara) dikarenakan P. Mulyo Setiyono menjabat tidak sampai akhir jabatan.

Kemudian pada tahun 1998 terjadi pemilihan kepala desa yang dijabat oleh Bapak Gigih Guntoro hingga masa jabatan tahun 2006, untuk selanjutnya tahun 2007 terjadi pemilihan kembali Kepala Desa yang dijabat oleh P. Kuswanto S.H. sebagai Kepala Desa Wonosari. (q cox)

Foto by Eko Patik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *