Pemerintahan

Cegah Bullying di Kalangan Remaja, Pemkot Surabaya Sosialisasi Lewat Dinamika Arek Suroboyo Hebat

74
×

Cegah Bullying di Kalangan Remaja, Pemkot Surabaya Sosialisasi Lewat Dinamika Arek Suroboyo Hebat

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Surabaya, meluncurkan inisiatif masif melalui program Dinamika Arek Suroboyo Hebat (DASH) 2025. Program ini bertujuan membekali remaja menghadapi berbagai tantangan masa kini, khususnya bullying dan pengaruh negatif era digital.

Sosialisasi terkini dilaksanakan di SMP dan SMA Dharma Wanita Persatuan (Dhani) Surabaya, Kamis (20/11/2025) dengan menyajikan dua perspektif krusial, yakni Bullying dalam Perspektif Psikologi dan Bullying dalam Perspektif Hukum. Kegiatan ini menegaskan komitmen Pemkot Surabaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi siswa.

Penasihat DWP Kota Surabaya, Rini Indriyani, menjelaskan tentang pentingnya program DASH ini, bahwa masa remaja adalah fase penuh dinamika, di mana anak-anak aktif mencari jati diri dan rentan terhadap berbagai godaan, mulai dari bullying, pergaulan tidak sehat, hingga paparan konten negatif di internet.

Melalui DASH, edukasi langsung dibawa ke sekolah-sekolah, mencakup SD, SMP, MI, MTs, hingga pondok pesantren. Materi yang diberikan sangat komprehensif, meliputi pencegahan bullying, penguatan konsep diri, penggunaan internet sehat, bahaya zat adiktif, serta cara efektif menghadapi permasalahan remaja sehari-hari.

“Saya menyambut baik kegiatan ini, karena saya percaya bahwa pembinaan anak tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Harus ada peran sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Ketika semua berjalan bersama, anak-anak kita akan tumbuh lebih aman, percaya diri, dan siap menghadapi masa depan,” tutur Bunda Rini Indriyani.

Bunda Rini Indriyani mengungkapkan rasa bangganya terhadap siswa-siswi SMP dan SMA Dhani yang telah menunjukkan pemahaman baik mengenai isu bullying, termasuk pemahaman terhadap kesetaraan gender dan berbagai kategori perundungan, mulai dari yang sifatnya cyber hingga verbal.

“Namun saya bersyukur anak-anak sudah sangat mengerti. Dampak perundungan sangat serius. Berawal dari korban bisa berubah menjadi pelaku, dan jika tidak ditangani dengan benar, bisa berujung pada tindakan kriminal,” kata dia.

Ia menegaskan bahwa sosialisasi ini akan terus digalakkan dengan pendekatan persuasif, bukan mengekang. Sama halnya seperti mengajarkan nilai-nilai sejak kecil, pemberian motivasi dan mengingatkan secara terus-menerus akan tertanam dalam alam bawah sadar siswa, membentuk pola pikir atau mindset yang benar.

Salah satu momen inspiratif yang dibagikan adalah kisah seorang korban yang awalnya menolak bersekolah karena di bully secara verbal dan fisik, namun akhirnya berhasil melawan perundungan tersebut, berdamai dengan diri sendiri, dan kini kembali nyaman di sekolah.

“Kisah ini menjadi pengingat bahwa kehadiran orang tua dan guru sebagai tempat curhat yang asik dan nyaman adalah kunci untuk mencegah masalah bullying menjadi terlambat diatasi,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan SMP dan SMA Dhani, Dameria Triana Ambuwaru, menyatakan rasa syukurnya atas dukungan Pemkot Surabaya dan antusiasme siswa.

Ia menambahkan bahwa Yayasan Dhani terus berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya, untuk memastikan nilai-nilai Pancasila dan budi pekerti, termasuk penguatan pengajaran agama bagi semua pemeluk, terintegrasi dalam kurikulum.

Dameria juga mengungkapkan bahwa pihaknya menyadari tantangan pendampingan anak di rumah akibat kesibukan orang tua. Oleh karena itu, Yayasan SMP dan SMA Dhani akan menggelar pertemuan dengan orang tua siswa melalui Kelas Parenting pada 2 Desember 2025, dengan mengundang narasumber kompeten.

“Kami berharap para orang tua dapat meluangkan waktu agar memiliki pemahaman yang sama. Kami ingin orang tua dan guru menjadi teman curhat asik, yang nyaman dan terbuka, sehingga dampak bullying bisa diminimalisir dan dicegah sedini mungkin,” ungkapnya.

Di sisi lain, Kepala Dispendik Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menjelaskan tujuan utama kegiatan ini adalah memastikan guru-guru yang mengelola Sekolah Ramah Anak menciptakan suasana yang mengasyikkan agar sekolah benar-benar aman, nyaman, dan menggembirakan.

Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) akan diperkuat sebagai garda depan. Guru BK di SMP, serta guru kelas 4 dan 5 di SD, akan memegang peran penting dalam pendampingan. Fokus pencegahan tidak hanya pada kekerasan fisik dan seksual, tetapi juga pada isu yang lebih mendasar, memastikan anak memiliki wadah aman untuk curhat.

“Kami juga memaksimalkan fungsi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah. Guru harus dibekali pendampingan intensif agar mampu mengenali gejala (case) anak-anak yang murung atau cemberut, sehingga masalah dapat segera dideteksi dan dinetralisir,” jelasnya.

Terakhir, Yusuf menerangkan bahwa pemicu utama bullying saat ini adalah era digital, di mana anak-anak mudah meniru perilaku negatif dari konten tanpa memahami dampak buruk dan rasa tersinggung yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, pencegahan difokuskan pada penguatan toleransi dan interaksi sosial yang sehat, serta pembentukan konselor sebaya sebagai saluran keluhan. Tujuannya adalah meminimalkan risiko anak mengalami rasa minder atau rendah diri akibat perundungan.

“Penguatan akan difokuskan pada toleransi dan interaksi sosial yang sehat, sebab bullying pada dasarnya berakar dari kurangnya toleransi. Jika guru tidak sigap memahami karakter siswa dan kasus bullying tidak segera diselesaikan, perundungan akan berlanjut. Kuncinya adalah deteksi cepat dan netralisasi dini untuk mencegah dampak jangka panjang yang merugikan mental anak,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *