Pemerintahan

Cegah Pernikahan Dini, Pemkot Surabaya Libatkan Remaja dan Tokoh Agama

137
×

Cegah Pernikahan Dini, Pemkot Surabaya Libatkan Remaja dan Tokoh Agama

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menunjukkan komitmennya dalam mencegah terjadinya perkawinan anak di Kota Pahlawan. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah menggelar kegiatan sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Perkawinan Anak (PPA Award) di Royal Plaza Surabaya, Rabu (11/6/2025).

Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, di antaranya Forum Anak Surabaya (FAS), Duta Generasi Berencana (GenRe), Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes), hingga tokoh agama dan masyarakat.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati menegaskan pentingnya sinergi semua pihak untuk mencegah pernikahan anak demi menjamin hak-hak anak di Kota Surabaya.

“Memang ini salah satu upaya dari pemerintah kota yang melibatkan siapapun, karena pernikahan anak ini adalah salah satu hal yang menjadi tidak terpenuhinya hak anak. Hak anak itu adalah belajar, kemudian untuk berkreasi. Nah, itu akan terputus pada saat mereka terpaksa untuk melakukan pernikahan dini,” ujar Ida, Kamis (12/6/2025).

Ida menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya melibatkan berbagai unsur, mulai dari RT/RW, NGO pemerhati anak, hingga mendorong peran aktif remaja untuk terlibat langsung dalam mencegah praktik pernikahan dini di lingkungannya.

“Pemerintah kota menggandeng semua pihak, RT/RW, teman-teman NGO pemerhati anak, bahkan dari anak ke anak itu juga harus saling mendorong, mereka bergandengan tangan untuk menjalankan ini,” jelasnya.

Menurut Ida, para remaja di Surabaya telah aktif mengedukasi sesama rekan sebayanya untuk mencegah pernikahan usia anak. “Banyak hal yang sudah dilakukan oleh anak-anak Kota Surabaya, dari anak ke anak untuk melakukan sosialisasi agar tidak melakukan pernikahan sebelum waktunya,” ungkapnya.

Salah satu bentuk kegiatan sosialisasi tersebut diadakan di Royal Plaza Surabaya, yang melibatkan para remaja sebagai pelaku utama edukasi. Para pelajar ini juga menjadi agen perubahan untuk menyampaikan bahaya pernikahan dini kepada teman sebaya, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

“Karena anak ke depan itu adalah generasi muda bangsa yang harus disiapkan bener-bener untuk membawa Surabaya, khususnya kita dunia seperti misi wali kota kota dunia yang berkelanjutan,” tutur Ida.

Ida menambahkan bahwa upaya pencegahan pernikahan dini juga dilakukan Pemkot Surabaya dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, khususnya di wilayah-wilayah tertentu.

“Kita punya kampung ramah perempuan dan anak, itu memang mengedukasi masyarakat di wilayah itu untuk bersama-sama berkolaborasi melakukan upaya pencegahan tidak hanya di perkawinan. Nah, salah satunya monitoring-nya di kegiatan itu,” terangnya.

Menurut Ida, pendekatan di tiap wilayah Surabaya tidak bisa disamaratakan. Sebagai contoh di Surabaya Utara, pihaknya menggandeng tokoh agama dan masyarakat setempat agar pesan yang disampaikan lebih efektif. “Nah, itu perlu treatmen-treatmen tersendiri. Seperti di wilayah utara kita juga menggandeng tokoh-tokoh agama, sehingga mereka paham,” imbuhnya.

Ida pun berpesan kepada para orang tua di Surabaya agar mengutamakan pemenuhan hak anak. Menurutnya, pemenuhan hak anak sangat penting sebagai bekal untuk menghadapi masa depan.

“Mereka harus belajar, mereka harus mempunyai bekal untuk menapaki kehidupan ke depan. Mereka harus menjadi anak-anak yang berhasil yang kelak akan menghasilkan generasi Kota Surabaya yang berhasil,” tuturnya.

Valencia, perwakilan Forum Anak Surabaya (FAS) menilai kegiatan sosialisasi yang digagas DP3APPKB sangat penting bagi kalangan remaja. “Menurut saya itu sangat penting. Di acara itu kita mengemas edukasi dan ada talkshow yang disajikan secara interaktif dengan para peserta,” ujar Valen.

Pelajar SMA Negeri 1 Surabaya ini juga menyampaikan bahwa kegiatan tersebut mendorong remaja untuk menyalurkan bakat dan hobi secara positif agar tidak terjerumus dalam pernikahan usia dini. “Di lembar kerja anak-anak bebas untuk menyuarakan aspirasinya, tentang cara mereka sendiri untuk mencegah perkawinan usia anak,” katanya.

Hal senada disampaikan Aron, perwakilan FAS dari SMAN 12 Surabaya. Menurutnya, pernikahan dini bisa berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan. “Dengan adanya edukasi dan talkshow kemarin, membuka pikiran kita bagaimana dampak buruk dari nikah muda. Dan juga daripada nikah muda mending mengembangkan bakat minat sebagai remaja produktif,” ujar Aron.

Sementara itu, Aditya, perwakilan Duta GenRe Surabayamenegaskan pentingnya edukasi pencegahan pernikahan usia dini. Menurutnya, banyak pengetahuan baru yang didapat dari kegiatan sosialisasi PPA yang digelar DP3APPKB.

“Kemarin itu cukup banyak insight, di talkshow pencegahan pernikahan pada anak. Kemarin kita juga sempat diskusi gimana sih cara kita buat untuk menangkal semua itu dan tidak akan terjadi di wilayah Surabaya,” tutur pelajar SMAN 19 Surabaya ini.

Ia pun menyatakan kesiapannya untuk mendukung langkah Pemkot Surabaya dalam upaya pencegahan pernikahan dini. “Kita tahu bahwa di tahun ini kita mengalami bonus demografi, dimana usia produktif didominasi dengan usia yang akan menjalankan generasi selanjutnya,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *