SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Merespon insiden teror bom bunuh diri selama dua hari di wilayah Kota Surabaya dan Sidoarjo, Masduki Toha Wakil Ketua DPRD Surabaya mendesak pemerintah agar melakukan identifikasi dan pembinaan terhadap warga Indonesia yang baru pulang dari Suriah
“Pada tahun 2017 lalu ada sekitar 500 orang pendukung ISIS yang datang dari Suriah,” terangnya. Senin (14/5/2018)
Dewan Pembina PC GP Anshor Surabaya ini menegaskan, pentingnya pembinaan terhadap WNI yang datang dari Suriah, karena ia yakin bahwa mereka sudah “Dicuci Otaknya” oleh ISIS.
Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah, guna mengantisipasi kegiatan radikalisme berkembang di negara ini, seluruh WNI yang pulang ke tanah air dari Suriah dibina oleh organisasi masyarakat, diantaranya Nahdlatul ulama (NU).
“Di NU kan ada Thoriqat, istighosah, Dzikir, kemudian wirid,” jelas Politisi PKB,
Masduki menyatakan, pembinaan mental dilakukan, agar pemahaman mereka berpegang teguh pada Alquran dan hadist Rasulullah. Sehingga pola pikirnya lebih ke depan.
“Tidak melakukan aksi teror dimaknai Jihad kemudian masuk surga,” paparnya
Masih Masduki, untuk menjaga iklim kondusif di Kota Surabaya, peran penting berada di tangan perangkat RT dan RW.
Menurut dia, di level masyarakat, RT dan RW harus bisa mengantisipasi adanya pihak-pihak yang patut dicurigai. “Kalau ada warga baru yang tak dikenal, harus diantisipasi,” katanya
Dia menambahkan, untuk menjaga keamanan dan situasi yang kondusif di lingkungan masyarakat, selain RT dan RW, tokoh masyarakat dan tokoh agama juga dibutuhkan. Segenap elemen masyarakat harus saling menjaga, agar tak kecolongan hingga mengakibatkan korban seperti yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo dalam selang dua hari ini.
“Kita diuji. Jika selama ini aman, damai dan sentosa, tiba-tiba ada tragedi bom bunuh diri,” tegasnya
Masduki berharap, semua elemen masyarakat untuk bersatu-padu, bersama-sama melawan aksi terorisme. (q cox, I)