BALI (Suarapubliknews) ~ Pasar properti Bali kini mengalami pergeseran menarik, di mana pengembang menemukan tingginya minat pembeli internasional pada estetika desain yang memadukan minimalisme Skandinavia dengan sentuhan Asia, dikenal sebagai “SCANDINASIAN”. Tren ini mencerminkan keinginan universal akan kenyamanan dan fungsionalitas, terlepas dari latar belakang budaya.
Dengan pertumbuhan wisatawan Bali yang mencapai 5,2 juta pada tahun 2024 (meningkat 24,5%), dan kenaikan harga properti hingga 50% di area permintaan tinggi, desain arsitektur yang khas menjadi kunci diferensiasi. Permintaan pembelian properti di Bali juga melonjak 14% di tahun 2024.
Desain SCANDINASIAN memadukan filosofi lagom ala Skandinavia—takaran yang tepat—dengan perhatian detail minimalisme Jepang dan harmoni khas Bali. Hasilnya adalah hunian yang fungsional, nyaman, dengan garis-garis tegas, material alami, dan pencahayaan natural maksimal. Konsep ini juga mengutamakan ruang terbuka yang multifungsi, sejalan dengan preferensi pembeli global.
Pendiri dan CEO CORE Concept Living, Shanny Poijes mengatakan pembeli properti dari mancanegara saat ini semakin cerdas dalam memilih desain yang mereka inginkan. Mereka telah banyak bepergian, tinggal di berbagai negara, dan memahami arti kualitas. Mereka tidak sekadar membeli properti, namun berinvestasi dalam gaya hidup yang mencerminkan perspektif global mereka.
“Pendekatan SCANDINASIAN ini begitu relevan, karena mencerminkan pengalaman mereka terhadap prinsip desain terbaik dari berbagai budaya, serta menciptakan ruang yang berkelas dan sangat nyaman,” katanya.
Founding Partner OWIU Studio yang berbasis di Los Angeles, Amanda Gunawan turut mengamati bahwa fleksibilitas desain Skandinavia membuatnya sangat cocok untuk dipadupadankan. “Desain ini menggabungkan fungsi dan keindahan, serta selalu berusaha menciptakan harmoni dalam sebuah ruang. Gaya Skandinavia mengutamakan desain yang tahan lama dan tidak mudah ketinggalan zaman, serta menekankan pada kualitas pengerjaan yang baik,” terangnya.
Tren desain ini terus berkembang dengan munculnya gaya Japandi (Skandinavia-Jepang) yang menggabungkan biofilik, keberlanjutan, dan teknologi pintar, yang menekankan koneksi mendalam dengan alam. Fleksibilitas desain Skandinavia memungkinkan perpaduan ini, menciptakan hunian yang tahan lama, sadar energi, dan menggunakan keahlian pengrajin lokal.
CORE Concept Living, yang didirikan oleh duo asal Swedia Shanny Poijes dan Victoria Fernandez, mengkhususkan diri pada pendekatan SCANDINASIAN. Proyek terbaru mereka, Leviro Residences di Munggu, akan menjadi properti pertama di Bali yang mengusung konsep SCANDINAVIAN X JAPANDI X BALINESE SOUL, dengan peluncuran pada Oktober 2025 dan serah terima unit pada kuartal keempat 2027. (q cox, tama dini)