Keberadaan media asing di tengah konflik pentupan lokalisasi Dolly dan Jarak ternyata tidak semua diharapkan oleh front pekerja lokalisasi (FPL) meski isu yang diangkat dalam perjuangananya menyangkut soal HAM yang diharapkan menjadi perhatian dunia. Buktinya, dua reporter asing yang didamping salah satu wartawan media nasional akhirnya diusir dari wilayah lokalisasi setelah diketahui menggali berita dari warga pro penutupan.
SURABAYA (SPNews) – Situasi panas yang menyelimuti wilayah lokalisasi Dolly dan Jarak memang tidak bisa dipungkiri, karena semangat warga terdampak terus bergelora di bawah komando Saputro alias Pokemon.
Kondisi ini berimbas kepada keberadaan reporter seluruh media local, nasional maupun internasional yang ingin meliput di lokasi, karena FPL akhirnya memberlakukan sterilisasi terhadap wartawan yang dianggapnya condong ke pro penutupan, dengan cara menempatkan sejumlah orang untuk mengikuti gerak-gerik seluruh reporter yang sedang menjalankan tugasnya terutama dari media asing.
Cara ini tidak sia-sia, karena ternyata ditemukan sekelompok reporter asal media asing dan nasional yang diketahui mulai menggali narasumber ke warga yang pro penutupan sehingga diianggap tidak menguntungkan bagi perjuangan FPL.
“maaf, mulai saat ini saya tidak akan memberikan komentar apapun ke anda, dan saya berharap liputan sekarang ini adalah yang terakhir id wilayah kami, karena kami sudah mempunyai bukti bahwa arah pencarian berita anda condong kepada pro penutupan, silahkan tinggalkan tempat ini sekarang juga,” ucap Pokemon kepada 2 orang reporter asing dan satu wartawan media nasional. (17/6/14)
Meskipun reporter media nasional yang mendampingi 2 pria asing terus menyampaikan argumentasinya dan berharap tetap diijinkan untuk bisa meliput kegiatan FPL di wilayah lokalisasi, namun tidak dihiraukan oleh Pokemon yang tetap menolak dan mengusirnya dari Posko Bintang Merah Putih.
“sudah cukup, kami tidak melarang kalian meliput dan memberitakan kami seperti apa, namun kami telah mempunyai bukti bahwa liputan kalian lebih condong ke warga yang pro penutupan, jadi anda berseberangan dengan kami, tentu kami tidak suka, ingat ya, situasi sekarang ini kami sedang berperang, jadi yang tidak sejalan silahkan keluar dari wilayah kami,” tegasnya.
Belakangan diketahui bahwa 2 reporter asing itu bernama Arman Dzidzovic dari NYCity News Service dan Ethan Harfenist dari Jakarta Globe, sementara reporter wanita berbusana jilbab yang mendampingi kedua reporter asing adalah berinisial GT dari media Tempo. (q cox)