Peristiwa

Dosen ITS Raih Pendanaan Riset dari Inggris untuk Pemodelan Iklim Tak Bias

53
×

Dosen ITS Raih Pendanaan Riset dari Inggris untuk Pemodelan Iklim Tak Bias

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Prestasi tersebut datang dari Prof Dr rer pol Heri Kuswanto MSi, dosen Departemen Statistika ITS yang berhasil meraih pendanaan dari Advanced Research and Invention Agency (ARIA), sebuah lembaga riset independen dari Inggris, senilai 345 ribu poundsterling.

Heri memaparkan bahwa ARIA mengadakan program pendanaan riset yang berfokus pada upaya pencegahan krisis iklim. Program ini hanya memilih 21 proyek untuk didanai dari sekitar 120 proposal yang dikirimkan oleh peneliti dari berbagai negara. Hal ini menjadikan ITS satu-satunya institusi dari Indonesia yang berhasil menembus pendanaan bergengsi tersebut, sejajar dengan institusi ternama dunia seperti University of Oxford, University of Cambridge, dan Imperial College London.

Melalui riset yang berjudul Towards Robust and Unbiased Validation of SAI Simulations (TRUSS): Advancing Ensemble Calibration for Reliable Geoengineering Impact Analysis, Heri akan berfokus menangani persoalan dalam simulasi proyeksi iklim. Khususnya yang melibatkan teknologi Stratospheric Aerosol Injection (SAI) atau penyemprotan partikel ke atmosfer. “Teknologi tersebut merupakan bagian dari pendekatan Solar Radiation Management (SRM) yang memerlukan kajian riset mendalam mengenai dampaknya,” tuturnya.

Dekan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS ini juga menjelaskan bahwa SRM adalah upaya untuk mengatur intensitas sinar matahari guna mencegah peningkatan suhu bumi. Konsep yang digunakan untuk menilai dampak dari SRM tersebut sejauh ini hanya menggunakan rata-rata dari data simulasi iklim. Padahal, imbuhnya, data tersebut memiliki keragaman antarmodel yang besar. “Jika ini diabaikan, maka hasilnya bias dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, alumnus Leibniz University Hannover, Jerman ini menghadirkan konsep TRUSS untuk menghasilkan validasi model yang lebih akurat dengan mempertimbangkan ketidakpastian data. Pendekatan yang digunakan dengan mengombinasikan metode statistik Bayesian Model Averaging (BMA) dengan algoritma machine learning seperti XGBoost. “Bukan sekadar teknis, inovasi ini juga akan menjadi dasar ilmiah penting dalam pengambilan kebijakan iklim global,” tegasnya.

Profesor yang baru saja mengikuti konferensi Degrees Global Forum (DGF) 2025 di Cape Town, Afrika Selatan ini menerangkan bahwa riset TRUSS berfokus pada kawasan Indonesia dan Asia Tenggara. Dengan ruang lingkup berupa dampak SRM terhadap kekeringan, curah hujan ekstrem, dan indeks iklim relevan. “Validasi model dilakukan dengan mencocokkan hasil simulasi dengan data kejadian iklim historis,” ungkap Guru Besar Statistika ITS ini.

Dalam pelaksanaannya, lanjut Heri, riset yang akan berjalan selama tiga tahun ini menggandeng kolaborator internasional seperti Dr Daniela Visioni dari Cornell University, Amerika Serikat dan Dr Matthew Henry, peneliti dari Inggris, yang merupakan pakar dalam bidang simulasi iklim global. Selain itu, dua dosen Departemen Statistika ITS beserta lima mahasiswa dari bidang informatika dan statistika juga dilibatkan untuk memperkuat tim dari segi pengolahan data dan pengembangan model.

Lelaki asal Gresik ini menuturkan, prestasi tersebut menjadi penanda penting bahwa ilmuwan Indonesia memiliki kapasitas yang sejajar dengan peneliti kelas dunia. Tak hanya itu, menurutnya, hal ini juga memperkuat komitmen ITS dalam kemajuan sains dan teknologi. “Ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga pengakuan bahwa ITS mampu bersaing di level internasional dalam ranah riset fundamental,” tegasnya.

Riset ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-13 yaitu penanganan perubahan iklim.

Selain itu, keterlibatan mahasiswa dan kolaborasi internasional dalam penelitian ini juga mendukung SDG poin ke-4 yakni pendidikan berkualitas dan poin ke-7 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan, yang memperkuat peran pendidikan tinggi dalam inovasi dan kolaborasi lintas negara demi keberlanjutan bumi. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *