Tak sekedar bicara, tapi lakukan perbuatan. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya memberikan bantuan berupa alat-alat kebutuhan berdagang atau membuka usaha, seperti mesin cuci sebanyak tiga unit, pompa air, dan setrika. Alat ini diberikan kepada mereka yang ingin buka usaha laundry. Selain itu ada juga gerobak dorong sejumlah sembilan unit, serta tabungan Bank Niaga Syariah senilai Rp 400 ribu. Minggu (7/6)
SURABAYA (SPNews) – Menurut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Zayin Chudlori, bantuan tersebut diberikan kepada 12 warga binaan di lokalisasi Dolly dan Jarak kelurahan Putat Jaya. Sebenarnya, ada 18 binaan PDM Surabaya yang terdiri dari PSK, eks PSK dan warga terdampak. Pembinaan tersebut berupa penanaman nilai-nilai agama, bantuan sosial dan usaha. Tujuannya, mereka meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita tuna susila. “Kita terjunkan 25 relawan disana (Dolly dan Jarak) untuk melakukan pembinaan,” tegasnya.
Ketua tim relawan Arif An menambahkan, pembinaan bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan para PSK dan masa depan anak-anaknya. Dia berharap, mereka memiliki kehidupan yang layak dan mendapatkan ekonomi dari sumber yang halal. “Mereka dibina, sembunyi-sembunyi karena takut diancam,” terangnya.
Upaya penyadaran itu dilkaukan sejak Oktober 2013. Semula anggota yang dibina hanya berjumlah 10. Sekarang bertambah menjadi 18 orang. “Yang masih menjadi PSK aktif lima, mantan PSK dua, sisanya warga terdampak. Pehatiannya memang warga. terdampak,” tambahnya.
Salah seorang warga terdampak yang tidak mau namanya disebutkan mengaku senang dengan pembinaan yang dilakukan PDM Surabaya. Hal itu karena bisa membantu warga untuk mendapatkan usaha dari jalan yang baik. “Saya akan jualan sosis dengan gerobak ini,” jelasnya sambil menunjuk gerobak kemarin.
DA, salah seorang PSK yang mulai jarang melayani pria hidung belang mulai memikirkan untuk berjualan. Dia berencana akan mejadi pedagang kaki lima (PKL) dengan berjualan pisang goreng, rokok di daerah Putat Jaya. “Saya sudah 10 tahun disana (Dolly), saya ingin taubat,” kata ibu dua anak ini.
Tidak semua Pekerja Seks Komersial (PSK) lokalisasi Dolly dan Jarak ingin melacur selamanya. Meski angkanya tidak bisa diporsentasekan, namun mereka sebenarnya berkeinginan berhenti menjadi pemuas pria hidung belang. Sayang, niat baik itu tak berjalan mulus. Mereka yang mau tabut kerap menerima intimidasi.
Intimidasi berupa ancaman datang dari mucikari dan oknum yang diuntungkan dengan keberadaan lokalisasi. Memang bukan kekerasan fisik, tapi ancaman itu cukup ampuh untuk menghalangi niat baik para PSK. Fakta ini diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Zayin Chudlori pada acara penyerahan bantuan kepada eks wanita lokalisasi danpengukuhan relawan pendamping eks wanita lokalisasi di kantor PDM.
“Mereka yang terintimidasi ketakutan, tapi sebenarnya mereka ingin taubat. Tapi kita sudah koordinasi dengan polsek setempat untuk melakukan pengamanan,” ujarnya.
Disinggung rencana penutupan Dolly dan Jarak pada 18 Juni mendatang, Zayin mendukung penuh upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Menurutnya, Surabaya sudah sepantasnya menjadi kota bebas prostitusi. Pro dan kontra hal biasa. Namun, warga Surabaya secara umum menginginkan kotanya bersih dari sarang maksiat. “Wajarlah ada yang mendukung ada yang nolak, kan ada yang merasa dirugikan mungkin,” jelasnya. (q cox. Zis)