SURABAYA (Suarapubliknews) – Berkat menerapkan konsep desain inklusif maka mahasiswa dan dosen Program Studi Arsitektur UK Petra berhasil meraih juara 3 dalam Sayembara Desain Masjid Agung Singkawang yang dihelat oleh Pemerintah kota Singkawang bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalimantan Barat.
Mereka adalah Cindy Wijaya (Mahasiswi Prodi Arsitektur angkatan 2016 UK Petra), Kevin Ardisa Putra (Mahasiswa Prodi Arsitektur angkatan 2016 UK Petra), Moses Matthew Hendrawan (Mahasiswa Prodi Arsitektur angkatan 2017 UK Petra), Sylviana Putri (Dosen Prodi Arsitektur UK Petra) dan Gratio Ray (Praktisi Arsitektur Muda asal Jakarta).
Salah satu mahasiswa, Moses Matthew Hendrawan mengatakan Masjid Ealaqat Alwiam, itulah nama desain masjid Cindy dkk. Diambil dari bahasa Arab, mempunyai arti Sebuah Bentuk Pertalian yang Harmony. Cindy dkk sebelum mendesain ini mereka juga melakukan riset. Mulai dari belajar literatur hingga bertanya dengan kawan-kawan yang muslim.
“Kami ingin menampilkan desain masjid ini agung namun bersahaja. Bersahaja ini kami implementasikan dengan inklusif yaitu terbuka untuk beragam pengguna hingga mewadahi beragam pengguna,” katanya.
Keberagaman menjadi warna utama bagi kota Singkawang. Sehingga mereka memasukkan unsur Timur Tengah-Kalimantan-Tionghoa, Ealaqat Alwiam ini dibagi menjadi tiga zona yaitu zona sakral (ketenangan), zona Profan (kebahagiaan) dan zona Peralihan (transisi). Tim ini mengambil konsep desain makna warna hijau. Warna hijau dalam makna islami maupun Tionghoa berarti ketenangan dan kebahagiaan.
Uniknya pada langit-langit ruang ibadah utama mengadopsi bentuk segitiga atap rumah adat Dayak yang di representasikan dengan pilar-pilar cahaya (skylight) berjumlah 99 karena nama Allah yang disebut sebanyak 99 kali di Al-Quran dan jumlah kolomnya berbaris 12 melambangkan 12 bulan dalam 1 tahun (surat At-Taubah-36).
“Kami ingin semua orang saat menggunakan fasilitas masjid ini merasakan makna hijau ini. Sehingga dalam rancangan kami terwujudlah lima kebutuhan yaitu masjid sebagai fungsi keagamaan, wisata, berkomunitas, perniagaan dan ruang publik. Jadi fasilitasnya sangat lengkap mulai dari ruang ibadah, ruang perpustakaan, kelas TPQ hingga tempat pertunjukan barongsai,” urai Cindy.
Tercatat ada 62 tim yang mendaftar akan tetapi hanya enam kelompok saja yang dipanggil ke kota Singkawang untuk mempresentasikan hasilnya di depan para juri diantaranya Pemerintah Kota Singkawang, IAI Nasional, IAI Kalimantan Barat, akademisi, ketua Yayasan Nurul Islam kota Singkawang, termasuk juga Walikota dan Wakil Walikota kota Singkawang ikut memberikan masukan.
“Kompetisi ini memang terbuka untuk umum, yang penting telah menjadi anggota IAI. Jadi kami mengajak kak Ray, berkolaborasi dengan professional. Karena umum maka kami berkompetisi juga dengan para professional,” tutupnya. (q cox, Tam Dinie)