Nasional

Gelar Festival Dakon, HoJ Kenalkan Filosofi Kejujuran dan Ketekunan

69
×

Gelar Festival Dakon, HoJ Kenalkan Filosofi Kejujuran dan Ketekunan

Sebarkan artikel ini

YOGYAKARTA (Suarapubliknews) – Ditengah gempuran games online yang penuh strategi, ternyata ada permainan tradisional yang juga memerlukan keceerdikan dalam memainkannya. Dakon adalah permainan yang dilakukan oleh dua orang dan memerlukan perhitungan untuk mengalahkan lawan.

Dalam rangka melestarikan permainan yang juga dikenal dengan Congklak ini, Museum History of Java (HOJ) Yogyakarta menggandeng Pemerintah Kabupaten Bantul, menggelar festival dakon terbesar dengan peserta terbanyak di Indonesia.

Humas Director Holding History of Java Museum, Ki Bambang Widodo mengatakan mengapa Dakon. Karena sebagai sebuah permainan tradisi, Dakon menjadi salah satu yang sarat dengan filosofi serta memiliki fungsi-fungsi pelatihan bagi sang anak untuk bekal mereka ketika dewasa.

“Di Jawa, khususnya Jawa Tengah, orang mengenal Dakon dengan filosofi kejujuran dan ketekunan yang sangat kental. Dalam permainannya Dakon melatih anak senantiasa terbuka, jujur, berempati serta menjadi ahli srategi handal dengan perhitungan yang tepat. Agar tidak berhenti di lubang kosong karena kalau berhenti dilubang kosong kita akan mati,” katanya.

Sebagai lembaga yang bergerak dalam edukasi dan entertainment, History of Java museum memiliki kepedulian yang tinggi akan tumbuh kembang anak yang positif, termasuk diantaranya upaya untuk meredam efek negative dari konten games online.

Dakon adalah 7 lubang berpasangan dengan ujung masing masing sebuah lubang besar sebagai lumbung, di dalam masing masing lubang berpasangan tadi diletakkan biji kecik atau kacang berjumlah 7 butir, masing masing peserta akan menjalankan biji keciknya, di mana tiap lubang di depan akan dibagi satu kecik.

Bila kecik terakhir sampai di lumbung, maka giliran bermain kembali jatuh ke pemain tersebut, bila kecik terakhir jatuh ke lubang lawan maka giliran jatuh pada lawannya, bila biji kecik terakhir jatuh di lubang kosong sisinya, maka semua kecik di sisi lawan yang berpasangan dengan lubang kosong tersebut akan masuk ke lumbung pemilik lubang kosong dan giliran berganti ke lawan juga. permainan dilakukan dari kiri ke kanan berputar.

CEO Marcomm D’Topeng Kingdom Group yang merupakan holding company History of Java Museum, Elly Halsamer memuji dakon sebagai permaianan yang sarat perlambang baik. Selain fungsi filosofis yang ditanamkan pada anak, secara teori menyoroti upaya pelatihan psikologis perkembangan yang terdapat dalam permainan Dakon.

“Penggunaan kecik sebagai biji permainan di Jawa sendiri merupakan perlambang dari becik atau baik, sedangkan jumlah 7 lubang permainan yang dalam Bahasa Jawa itu pitu adalah perlambang dari pitulungan, atau pertolongan. Dakon akan melatih anak secara afektif, kognitif sekaligus motorik yang memiliki fungsi penting dalam perkembangan anak sebagai bekal dalam kehidupan nantinya,” tutupnya.

Lomba ini sendiri dibagi menjadi 4 kategori yaitu, kategori SD yang dimenangkan Firra Aisyah (SD Unggulan Aisyah), Kategori SMP Elza Elfiko Ramadani (MTs 7 Bantul), Kategori SMA dan juara umum Bupati Bantul Cup Memes Prandika (SMA 1 Kretek) serta Kategori Umum Tsalis (Wijirejo, Pandak). (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *