JEMBER (Suarapubliknews) – Tak hanya memberangkatkan peserta Super Road Bike 2022, di kesempatan kali ini Gubernur Khofifah bersama jajaran forkopimda Jember juga turut gowes bersama mengelilingi Kabupaten Jember.
Para rombongan tersebut juga turut meninjau Outlet Dekranasda di Jalan Gajah Mada. Di sana, mantan Mensos RI itu melihat berbagai kerajinan yang dipamerkan, seperti tas kulit, Batik, eco-print, dan lukisan.
Salah satu produk yang menarik perhatian Gubernur Khofifah adalah produk kerajinan bercorak Australia yang merupakan hasil karya salah satu desa di Kabupaten Jember. Benar saja, rupanya kerajinan kayu berupa bumerang dan piring kayu tersebut merupakan produk ekspor.
Gubernur Khofifah mencermati produk tersebut dan mengaku kagum. Bahkan menurutnya produk tersebut bisa kian dikembangkan dengan menjadikan desa produsennya sebagai desa devisa.
“Saya surprised karena ada produk yang sudah ada brand -nya. Jadi ada Kanguru dan di situ ada tulisan Australia. Artinya bahwa produk ini memang sudah diekspor ke Australia. Saya berharap bahwa Desa penghasil produk ini bisa disiapkan menjadi Desa Devisa,” katanya..
Pasalnya, kuota Desa Devisa Jatim dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) ada sebanyak 15 desa. Saat ini, Pemprov Jatim sedang mengupayakan agar kuota tersebut ditambah.
Untuk itu, kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Provinsi Jawa Timur, Gubernur Khofifah meminta agar ada direncanakan untuk agenda peninjauan ke desa penghasil produk bumerang tersebut sehingga bisa diajukan menjadi Desa Devisa.
“Saya minta pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro untuk melakukan assessment. Biasanya dalam waktu yang tidak terlalu lama saya akan menengok desa itu beserta kerajinannya,” ujar Khofifah.
Pada Oktober 2021, baru 3 desa yang disetujui LPEI dan sudah mendapatkan penguatan sebagai desa devisa. Ketiga Desa tersebut berada di Gresik, Sidoarjo, dan Banyuwangi.
Gubernur Khofifah menjelaskan, kriteria LPEI untuk desa devisa yakni, desa itu memiliki produk hasil ciptaan sendiri. Punya keunikan dan punya pasar ekspor. Selain itu, dilakukan oleh banyak orang di satu desa dan disertai kelembagaan kelompok yang mendukung. (Q cox, tama dini)