SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Menumpuknya limbah industri menjadi permasalahan tersendiri yang terus menghantui pada proses pengelolaan dan pemanfaatannya. Berangkat dari hal tersebut, Guru Besar ke-196 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Ir I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi ST MT PhD mencanangkan konsep pemulihan dan pemanfaatan energi dari limbah untuk menggerakkan ekonomi sirkular nasional.
Perempuan yang kerap disapa Wawa tersebut menuturkan, pengelolaan sampah saat ini belum berhasil mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Menurutnya, konsep Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hanya memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain. “Hal tersebut berimbas pada terjadinya kebakaran di beberapa TPA dan terganggunya kesehatan masyarakat sekitarnya,” terangnya.
Oleh karena itu, dosen dari Departemen Teknik Lingkungan ITS ini menginisiasikan konsep pemulihan dan pemanfaatan energi dari limbah dan sampah. Berdasarkan penelitiannya yang dituangkan dalam orasi pengukuhan sebagai profesor, Wawa menggabungkan konsep 3R (reuse, reduce, recycle) dan zero waste menjadi konsep ekonomi sirkular. “Konsep ekonomi sirkular bertujuan menumbuhkan potensi ekonomi dari pengelolaan sampah yang telah dilakukan,” bebernya.
Peneliti kelahiran Denpasar, 12 Januari 1975 tersebut mengatakan, konsep yang dibawanya tersebut dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi dengan mengubah tradisi dan perilaku masyarakat dalam mengelola limbah. Selama ini, menurut Wawa, pengelolaan sampah di TPA nyatanya malah menghilangkan nilai ekonomi dari limbah. “Konsep ini mampu meminimalkan kelebihan penggunaan sumber daya energi dan limbah yang dihasilkan,” tegasnya
Konsep tersebut ia wujudkan melalui penelitiannya dalam memulihkan material fosfor. Wawa menjelaskan, fosfor merupakan salah satu material yang langka dan bisa didapatkan dengan proses pemulihan. Pada penerapannya, proses pemulihan suatu material bergantung pada tiga syarat. “Yakni nilai jual, kualitas produk, dan teknologi yang digunakan,” sebut istri dari I Putu Arta Wibawa ST MT PhD itu.
Apabila suatu material memiliki nilai jual tinggi dan kualitas yang baik, lanjutnya, maka material tersebut dinilai berpotensi untuk dipulihkan kembali. Akan tetapi, teknologi yang digunakan harus memiliki biaya yang murah dan berkelanjutan. “Sehingga limbah yang dipulihkan memiliki ketahanan yang lama dalam segi fungsi dan ekonomis,” tambah alumnus ITS tahun 1998 tersebut.
Selain itu, terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pemulihan material. Antara lain tingkat pH dari material tersebut, lama waktu dari proses pemulihan, dan proses resirkulasi. Wawa menggarisbawahi bahwa proses resirkulasi menjadi kunci dari pemulihan sebuah material. “Proses ini akan menentukan tingkat kemurnian dari material yang dipulihkan,” tutur ibu dari Bagus Narendra tersebut.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan ITS ini juga menerapkan bio-cover dalam memanfaatkan limbah sebagai sumber energi. Pada dasarnya, bio-cover merupakan proses menggunakan kembali tanah yang telah digali dan dipilah dari TPA. Dengan karakteristik tanah berporositas tinggi, bio-cover nantinya dapat membantu untuk menurunkan gas metana sebagai pemicu utama terbakarnya TPA.
Tak hanya memulihkan dan memanfaatkan kembali energi dari limbah, Wawa juga merancang upaya peningkatan sistem daur ulang sampah. Berdasarkan penelitiannya, didapatkan bahwa upaya pengumpulan sampah menjadi tantangan dalam proses daur ulang. Dengan demikian, ia pun menciptakan aplikasi Apps4SWAM untuk menghubungkan pemerintah, pengelola bank sampah, dan masyarakat. “Dengan begitu, proses daur ulang dapat lebih terintegrasi dan efektif,” ujarnya.
Melalui berbagai penelitiannya, Wawa berharap implementasi ekonomi sirkular yang diimpikannya dapat terwujud dengan baik. Ia berharap, berbagai teknologi maupun infrastruktur yang memadai nantinya dapat terus tumbuh dalam memaksimalkan pengelolaan limbah. “Dengan begitu, ekonomi nasional dapat terus berkembang secara signifikan dan memberi kebermanfaatan,” pungkasnya. (q cox, tama dini)