MAKKAH (Suarapubliknews) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa berkurban merupakan bentuk tanda syukur atas nikmat Allah. Inti dari ibadah qurban, kata dia, adalah keikhlasan dan ketaqwaan bukan hanya daging dan darahnya.
“Kurban adalah momentum untuk memperkuat jiwa kemanusiaan dan sifat utama seorang manusia yaitu dengan saling memberi, berbagi, tolong menolong, dan menebar manfaat dari individu kepada masyarakat yang membutuhkan. Ini wujud kesholehan sosial,” ungkapnya di Makkah, Kamis (7/7).
Menurut Gubernur Khofifah, ditengah upaya kebangkitan ekonomi dan sektor lainnya usai pandemi Covid-19, berkurban akan sangat bermakna dan berarti. Tidak hanya bagi kaum dhuafa, tapi juga bagi para peternak sapi, kambing, dan domba yang tengah berupaya bangkit usai dihantam pandemi selama dua tahun terakhir. Terlebih, pada kurban tahun ini Pemerintah telah memberi kelonggaran terhadap berbagai aktivitas.
“Pandemi Covid-19 punya pengaruh dahsyat ke berbagai sektor terutama sektor perekonomian. Untuk itu diperlukan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak dalam mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi,” imbuhnya.
Gubernur Khofifah mengungkapkan bahwa dalam setiap peringatan Idul Adha, manusia diperingatkan agar rela berkorban seperti cerita Nabi Ibrahim AS yang diminta untuk mengorbankan puteranya sendiri dengan cara menyembelihnya untuk menakar derajat keimanan dan ketakwaan karena pada dasarnya digantikan dengan domba. “Sikap Nabi Ibrahim tersebut tidak hanya bermakna kepatuhan seorang hamba, namun juga kepasrahan dan keikhlasan dalam menerima ketetapan Allah SWT,” lanjutnya.
Dalam konteks kekinian, maka makna berkorban menjadi sangat luas dan menjadi modal untuk menggapai sesuatu. Karenanya, Gubernur Khofifah yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU tersebut mengajak semua umat Islam untuk memaknai momentum Idul Adha atau Idul kurban sebagai cerminan perilaku umat yang sesungguhnya.
Yakni pengorbanan dalam segala hal dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lalu, Ikhlas dalam mengorbankan sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allah. “Seorang pelajar harus mengorbankan waktu untuk belajar agar mendapat nilai yang baik. Seorang pelayan publik, harus mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk melayani masyarakat. Pengorbanan yang sebenarnya harus disertai keikhlasan,” pungkasnya. (Q cox, tama dini)