BisnisPeristiwa

IJK Jatim Tetap Resilen Di Tengah Berlanjutnya Divergensi Pemulihan Perekonomian Global

125
×

IJK Jatim Tetap Resilen Di Tengah Berlanjutnya Divergensi Pemulihan Perekonomian Global

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional 4 (OJK KR 4) Jawa Timur menilai stabilitas Industri Jasa Keuangan (IJK) di Jawa Timur sampai dengan posisi Juni 2023 tetap resilien didukung oleh permodalan yang solid, likuiditas yang memadai, profil risiko yang terjaga serta kinerja intermediasi yang meningkat di tengah berlanjutnya divergensi pemulihan perekonomian global.

Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Giri Tribroto dalam keterangan tertulisnya mengatakan kinerja perekonomian Jawa Timur terpantau positif dengan tekanan inflasi yang semakin mereda.

Pada posisi Juli 2023, inflasi tercatat sebesar 4,11 persen yoy, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,59 persen). “Selain itu, perkembangan IJK di Jawa Timur menunjukkan tren positif di tiga sektor yang diawasi oleh OJK yaitu Perbankan, Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB),” katanya

Kredit perbankan pada posisi Juni 2023 tumbuh 5,85 persen (yoy) menjadi sebesar Rp553 triliun dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 9,21 persen yoy. Sementara itu, secara tahunan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) melambat menjadi sebesar 3,33 persen atau menjadi sebesar Rp728 triliun dengan pertumbuhan tertinggi pada deposito sebesar 7,04 persen. Hal tersebut mengakibatkan LDR/FDR di Jawa Timur pada posisi Juni 2023 menjadi sebesar 76,02 persen.

OJK mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan/kredit dan terjaganya likuiditas. Likuiditas industri perbankan pada Juni 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 140,35 persen dan 28,37 persen, atau tetap jauh di atas treshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Kualitas kredit masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan stabil di level 1,34 persen dan NPL gross sebesar 3,52 persen. Sementara, pemulihan yang terus berlanjut di sektor riil mendorong penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 menjadi Rp30,56 triliun dengan jumlah nasabah menjadi 167.127 nasabah.

Adapun jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted (segmen, sektor, industri dan daerah tertentu yang memerlukan periode restrukturisasi kredit/pembiayaan tambahan selama 1 tahun sampai 31 Maret 2024) adalah 58,48 persen dari total porsi kredit restrukturisasi Covid-19 atau sebesar Rp17,87 triliun. Untuk mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul ke depan, kondisi industri perbankan tercatat cukup resillien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 30,03 persen. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *