BisnisNasionalPeristiwa

IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Indonesia, OJK Optimistis

109
×

IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Indonesia, OJK Optimistis

Sebarkan artikel ini

JAKARTA (Suarapubliknews) ~ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) nasional tetap terjaga di tengah gejolak global, membuka ruang bagi percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyebut SJK menunjukkan ketahanan yang kuat di semester pertama 2025. “Sektor keuangan kita tetap solid. Likuiditas memadai, intermediasi berjalan baik, dan tingkat risiko kredit masih dalam batas yang sehat,” ujarnya dalam konferensi pers pasca rapat.

Laporan terbaru International Monetary Fund (IMF) memperkuat optimisme dengan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia untuk tahun 2025 dan 2026. Proyeksi ini didukung oleh sejumlah faktor:
Aktivitas ekonomi global lebih baik dari perkiraan, Tarif resiprokal AS lebih rendah dari yang diumumkan sebelumnya, Perbaikan likuiditas global, Kebijakan fiskal ekspansif dari berbagai negara.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Krisna Wijaya menambahkan pemulihan ekonomi global lebih cepat dari ekspektasi, dan ini menciptakan ruang manuver bagi emerging market seperti Indonesia untuk tumbuh lebih cepat.

Rapat juga mencermati menguatnya pasar keuangan global. Investor global menunjukkan sikap risk-on dengan aliran modal yang kembali masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Volatilitas pasar keuangan juga menurun signifikan dibanding kuartal sebelumnya. “Hal ini tentu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat pasar obligasi domestik,” tambah Krisna.

Di sisi domestik, sejumlah indikator menunjukkan kinerja ekonomi yang tetap positif: Inflasi berada di level rendah, menjaga daya beli masyarakat. Pertumbuhan uang beredar meningkat, menunjukkan adanya pemulihan konsumsi dan investasi.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Friderica Widyasari mengatakan OJK juga mencermati beberapa sektor yang masih perlu diperkuat, seperti industri manufaktur. PMI manufaktur Indonesia masih berada di zona kontraksi, menandakan sektor produksi belum sepenuhnya pulih. “Kontribusi sektor riil, khususnya manufaktur, harus segera ditingkatkan agar momentum pertumbuhan tidak terhambat,” ujarnya.

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Inarno Djajadi menjelaskan salah satu perkembangan positif adalah kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat, yang berhasil menurunkan tarif perdagangan bilateral menjadi 19 persen—terendah di kawasan Asia Tenggara.

Langkah ini dinilai sebagai peluang untuk mendorong ekspor dan memperkuat daya saing Indonesia secara global. “Ini bukan sekadar angka tarif, ini tentang positioning Indonesia dalam rantai pasok global yang sedang mencari alternatif baru pasca-redanya tensi dagang,” katanya.

OJK menekankan bahwa dengan stabilitas sektor jasa keuangan yang kuat, arus modal asing yang kembali masuk, serta peluang dari dinamika geopolitik, Indonesia memiliki momentum yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun demikian, upaya memperkuat sektor riil, menjaga daya beli masyarakat, dan mendorong inklusi keuangan tetap harus menjadi fokus ke depan. “Kita harus menjaga keseimbangan antara optimisme dan kehati-hatian. Ketahanan sektor keuangan ini harus menjadi fondasi untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Mahendra. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *