Peristiwa

“INDEX: Synced” – Ketika AI dan Kreativitas Desain Interior Bertemu

75
×

“INDEX: Synced” – Ketika AI dan Kreativitas Desain Interior Bertemu

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Di tengah laju cepat revolusi digital, satu pertanyaan besar muncul di dunia desain interior: apakah Artificial Intelligence (AI) akan menggantikan peran manusia sebagai desainer? Atau justru menjadi mitra dalam melahirkan ruang-ruang baru yang lebih adaptif, efisien, dan berkelanjutan?

Pertanyaan ini dijawab dengan lantang melalui “INDEX: Synced”, pameran tugas akhir mahasiswa Departemen Desain Interior Universitas Kristen Petra (PCU) yang resmi dibuka hari ini, 31 Juli hingga 3 Agustus 2025, di kampus PCU, Surabaya.

Mengusung tema “Synced” – yang berarti selaras dan bergerak harmonis – pameran ini menegaskan bahwa kemajuan teknologi, termasuk AI, bukanlah ancaman, melainkan alat kolaboratif bagi para desainer generasi baru.

Dosen penanggung jawab pameran, Poppy Firtatwentyna Nilasari, S.T., M.T., mengatakan INDEX kali ini tidak sekadar memamerkan desain, tapi juga menunjukkan bahwa mahasiswa sudah selaras dengan perkembangan zaman. “AI, Mixed Reality (MR), hingga Augmented Reality (AR) kini menjadi bagian dari kurikulum wajib kami sejak 2024,” katanya.

Pameran ini menampilkan lebih dari 35 karya tugas akhir, bukan hanya dari mahasiswa PCU, tetapi juga kolaborasi dengan mahasiswa internasional dari Malaysia dan Thailand. Ruang pamer yang berada di Selasar Gedung Q Lantai 3, Kampus Timur PCU, dikemas dalam format immersive dengan penggunaan teknologi LED panel, proyektor, dan storyline interaktif yang mengangkat integrasi AI dalam desain interior.

Salah satu karya yang mencuri perhatian datang dari Winnie Nethania Kumala, mahasiswi PCU yang menghadirkan rangkaian furnitur dari sampah plastik daur ulang. Terdiri dari bench, lemari, dan kursi privat, karyanya tidak hanya menjawab isu lingkungan, tapi juga membuktikan bahwa bahan daur ulang bisa tampil fungsional dan estetis.

“Mendaur ulang plastik menjadi furnitur adalah solusi berkelanjutan. Ini bukan cuma soal estetika, tapi juga pernyataan bahwa desain bisa jadi agen perubahan,” jelasnya. Ia terinspirasi dari pengalamannya magang di Ecollabo8, Bali, perusahaan sosial yang fokus pada upcycling limbah plastik.

INDEX menjadi cerminan nyata dari visi PCU sebagai AI-Native Campus, sekaligus bentuk nyata dari kampanye AI@PCU: Empowering Future Leaders. Mahasiswa tidak lagi belajar desain hanya dari prinsip estetika dan ergonomi, tapi juga memahami cara berpikir mesin, memanfaatkan data, dan mengintegrasikan teknologi secara kreatif dalam setiap proyek desain.

“Pameran ini adalah bentuk respons konkret terhadap perubahan zaman. Kami tidak hanya mendidik desainer interior, tapi juga pemimpin masa depan yang bisa bekerja lintas disiplin dan teknologi,” pungkas Poppy.

Dengan kehadiran “INDEX: Synced”, kampus bukan lagi sekadar ruang belajar, melainkan juga laboratorium masa depan desain interior Indonesia. Pameran ini memperlihatkan bahwa ketika kreativitas manusia dan teknologi berpadu, lahirlah ruang-ruang yang tidak hanya indah, tapi juga kontekstual, sadar lingkungan, dan siap menjawab tantangan abad ke-21. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *