SURABAYA (Suarapubliknews) – Dalam situasi pandemi Covid-19, seorang pemimpin khususnya para entrepreneurs harus bisa menggerakkan dan membangun kepercayaan. Seorang entrepreneurs juga harus memiliki sifat transformatif leadership, dimana berani membawa keluar dari zona nyaman.
Hai ini disampaikan Wagub Jatim Emil Dardak saat Menjadi Narasumber pada acara Webinar Leadfest03 BaraCoaching Business The Next Level dengan tema Leaders are game changers. “Dalam sebuah perusahaan, seorang pemimpin tidak boleh hanya bisa menyalahkan tim, tapi harus membangun pemahaman bahwa semua hal menjadi tanggung jawab bersama,” katanya.
Bisa melihat banyak tokoh besar di dunia, bagaimana mentalitasnya diuji saat dihadapkan dengan situasi yang sulit. Oleh karena itu, sebagai seorang Leader jangan hanya sekedar mengcopy saja, tapi berusaha menggali spirit agar menghasilkan ide dan inovasi baru. “Sebagai contoh Bung Karno, jangan kita copy gaya busananya, gaya bicaranya saja, tetapi juga spirit dan pemikirannya,” ungkap Emil.
Mantan Bupati Trenggalek ini mengharapkan, Jawa Timur memiliki entrepreneur yang memiliki endurance dalam situasi saat ini. Pemerintah dan masyarakat bersama sama harus menggali keunggulan yang baru. Kemudian harus memiliki value propositions yang harus dijaga.
“Digitalisasi selalu menjadi perbincangan orang-orang. Dulu kalau orang ingin sukses harus berada di Jakarta, Singapore, New york dll. Sekarang tidak perlu, kita bisa memaksimalkan tekhnologi. Ini kesempatan untuk mengetok pintu customer, partner, berkomunikasi dengan video conference , sekarang kita bisa penetrasi market kita, ” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Emil juga ingin mendorong tata kelola pemerintahan yang bersih, inovatif, partisipatoris. Negara ini menganut paham more is less , yaitu dihadapkan dengan kondisi dunia bisnis sekarang, dimana orang bisa kerja di rumah, coffee shop, atau dimana saja. “Inilah yg kita sebut gig economy,” tegas Emil Dardak.
Di akhir acara Emil mengatakan bahwa setiap orang harus memiliki wisdom . Kemudian juga harus memiliki “a wise”. Artinya siapapun orang akan mempunyai tempat, meskipun tanpa memiliki jabatan sekaligus.” Yang diingat orang banyak adalah karyanya bukan jabatannya,” imbuhnya.