SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Adanya inovasi Automatic Identification System Institut Teknologi Sepuluh Nopember (AISITS) telah berhasil diimplementasikan pada sejumlah perusahaan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Hadirnya inovasi ini menjawab adanya potensi kecelakaan pipa minyak bawah laut akibat jangkar kapal yang masih terjadi.
Salah satu peneliti AISITS Dr Eng Dhimas Widhi Handani ST MSc mengungkapkan, AISITS merupakan inovasi yang dikembangkan oleh Pusat Unggulan Iptek Keselamatan Kapal dan Instalasi Laut (PUI Kekal). Implementasi AISITS pada perusahaan migas bertujuan untuk mencegah kecelakaan pipa minyak bawah laut. “Hal ini beranjak dari adanya insiden kebakaran pipa minyak bawah laut akibat jangkar kapal yang pernah terjadi,” jelasnya.
AISITS bekerja dengan cara memberikan data lokasi kapal dan pipa bawah laut. Dhimas menyampaikan bahwa melalui data tersebut, operator pusat akan lebih mudah memonitor kapal-kapal yang hendak melintasi pipa minyak bawah laut. “Apabila ada kapal yang berhenti di atas pipa minyak, AISITS akan langsung memberikan peringatan dini,” katanya.
Selain mencegah terjadinya kecelakaan, kelebihan implementasi AISITS pada perusahaan migas adalah mampu menekan biaya perawatan dan pemeliharaan. Dhimas menuturkan bahwa AISITS juga mampu memberikan kondisi terkini dari pipa minyak bawah laut, sehingga perusahaan migas dapat meminimalisir pengeluaran. “Dengan AISITS, pengeluaran yang dibutuhkan tidak sampai 20 persen,” lanjutnya.
Tidak hanya berfungsi sebagai pemberi peringatan dini, menurut Dhimas, AISITS juga dilengkapi beberapa fitur lain. Dosen Departemen Teknik Sistem Perkapalan ini membeberkan, perangkat lunak tersebut dilengkapi fitur untuk menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas penambangan minyak, analisa forensik ketika terjadi kecelakaan, dan pendeteksi wilayah laut yang menjadi area konservasi.
Dengan berbagai kelebihan tersebut, AISITS masih dapat dikembangkan daya jangkaunya. Saat ini cakupannya masih mencapai 100 kilometer, sehingga masih terdapat blindspot (titik buta) di beberapa wilayah. Mengatasi hal ini, kapal dapat diberi penguat sinyal di area yang kurang terjangkau tersebut.
Terdapat beberapa kriteria penilaian dalam ajang tersebut antara lain implementasi dalam industri migas, kebaruan inovasi, dampak terhadap keselamatan fasilitas dan lingkungan, serta efektivitas inovasi. Sejak tahun 2019, AISITS telah diimplementasikan pada Pertamina Refinery Unit (RU) V Balikpapan dan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) di Lamongan Shorebase pada tahun 2023.
Selain Dhimas, terdapat beberapa peneliti dari laboratorium Reliability, Availability, Management, and Safety (RAMS) Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS. Antara lain Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Dr I Made Ariana ST MT, AAB Dinariyana Dwi P ST MES PhD, Dr Emmy Pratiwi ST, dan Dr Eng Fadilla Indrayuni Prastyasari MSc.
Melalui implementasi dalam bidang migas, inovasi AISITS ini telah berhasil meraih juara favorit dalam ajang Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) Innovation Award 2023. Dhimas berharap, hadirnya inovasi AISITS mampu mengurangi risiko kecelakaan kapal pada perusahaan migas. “Harapannya, keberlanjutan pasokan sumber daya migas di seluruh Indonesia akan semakin terjaga,” tutupnya. (q cok, tama dini)