BisnisJatim RayaPemerintahan

Intermediasi Perbankan Jatim Tumbuh Positif Hingga Agustus 2025

103
×

Intermediasi Perbankan Jatim Tumbuh Positif Hingga Agustus 2025

Sebarkan artikel ini

MADIUN (Suarapubliknews) ~ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur melaporkan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan di wilayah ini tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global. Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Media Gathering 2025 yang digelar oleh Kantor OJK Provinsi Jawa Timur di Madiun.

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama, yakni Nasirwan Ilyas, Kepala Direktorat Pengawasan LJK 1, Asep Hikayat, Kepala Direktorat Pengawasan LJK 2, serta Horas V. M. Tarihoran, Kepala Direktorat Pengawasan Perilaku PUJK, EPK, dan LMS OJK Provinsi Jawa Timur.

Dalam paparannya, Nasirwan Ilyas menyampaikan bahwa intermediasi perbankan di Jawa Timur hingga Agustus 2025 masih menunjukkan tren pertumbuhan positif. Kredit tumbuh 4,46% yoy, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 4,03% yoy. “Permodalan perbankan di Jawa Timur tetap kuat dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 29,38%, dan risiko kredit terkendali dengan NPL gross sebesar 3,67%,” ujarnya.

Rasio likuiditas perbankan juga terjaga dengan AL/DPK 31,96% dan AL/NCD 151,25%, jauh di atas ambang batas ketentuan. Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit masih didominasi oleh rumah tangga (30,28%), diikuti perdagangan besar dan eceran (25,64%), serta industri pengolahan (19,38%).

Meski rasio NPL menunjukkan sedikit peningkatan pada beberapa sektor, OJK menilai kondisi tersebut masih dalam batas wajar. “Secara umum, kinerja perbankan di Jawa Timur tetap resilien dan berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah,” tambahnya.

Sementara itu, Asep Hikayat, Kepala Direktorat Pengawasan LJK 2, menyoroti perkembangan positif pada sektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan (PVML).

Hingga Juli 2025, Jawa Timur telah memiliki 57 emiten IPO dengan total dana terhimpun Rp15,05 triliun. Sektor barang baku mendominasi penghimpunan dana, dengan kontribusi mencapai 53,71% dari total. Selain itu, terdapat 30 calon emiten yang sedang dibina dalam program IDX Incubator.

Kinerja Securities Crowdfunding (SCF) juga menunjukkan peningkatan signifikan, dengan 32 penerbit dan 7.641 pemodal, serta total dana terhimpun mencapai Rp58,83 miliar atau tumbuh 63,56% yoy.

Di sektor perasuransian, industri asuransi di Jawa Timur dinilai dalam kondisi solid dengan RBC di atas 120%. Jumlah polis tumbuh 45,97% yoy, menandakan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi. Aset dan investasi dana pensiun juga meningkat menjadi Rp4,55 triliun, sedangkan perusahaan pembiayaan dan modal ventura terus mencatat pertumbuhan positif.

Outstanding pinjaman daring (fintech lending) naik 21,64% yoy, sementara pembiayaan perusahaan modal ventura tumbuh 14,33% yoy. “Pertumbuhan di sektor pasar modal dan industri keuangan nonbank memperlihatkan peran penting Jawa Timur sebagai salah satu episentrum ekonomi nasional di luar Jakarta,” ujarnya.

Materi ketiga disampaikan oleh Horas V. M. Tarihoran, yang menyoroti pentingnya peningkatan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat. Hingga triwulan III tahun 2025, OJK Jatim telah melaksanakan lebih dari 3.000 kegiatan edukasi dengan 762 ribu peserta, serta melibatkan berbagai pihak melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di 39 kabupaten/kota.

Program Laku Pandai di Jawa Timur kini mencatat 311.699 agen, dengan total tabungan Rp4,68 triliun dan penyaluran kredit Rp59,84 miliar. Sementara itu, program Simpanan Pelajar (SimPel) dan Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) telah menjangkau 9,74 juta rekening dengan nilai nominal Rp4,61 triliun.

OJK juga mengembangkan program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR) yang hingga pertengahan 2025 telah menyalurkan Rp3,18 triliun kepada lebih dari 106 ribu debitur.
Dalam bidang perlindungan konsumen, OJK Jawa Timur mencatat lebih dari 5.700 layanan langsung (walk-in) dan 169 pengaduan APPK sepanjang Januari–September 2025. Melalui Satgas PASTI, OJK telah menangani 410 kegiatan ilegal dan berpartisipasi aktif dalam pemberantasan judi online, dengan pemblokiran lebih dari 25 ribu rekening.

Horas menegaskan bahwa keberhasilan inklusi keuangan tidak hanya diukur dari akses produk, tetapi juga dari peningkatan pemahaman masyarakat terhadap risiko keuangan dan perlindungan konsumen.

Ketiga narasumber sepakat bahwa di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti, sektor jasa keuangan di Jawa Timur tetap menunjukkan ketahanan. Kinerja perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank yang terus tumbuh, disertai dengan peningkatan literasi dan inklusi masyarakat, menjadi bukti nyata bahwa sistem keuangan Jawa Timur berjalan stabil dan inklusif. “Kami terus memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat agar sektor jasa keuangan di Jawa Timur tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan,” tutupnya. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *