SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memperkuat strategi untuk meningkatkan minat investor, salah satunya melalui penyusunan Investment Project Ready-to-Offer (IPRO). Dokumen tersebut berisi portofolio proyek-proyek yang telah dikurasi dan dilengkapi studi pra-kelayakan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Surabaya, Lasidi menegaskan, IPRO menjadi daya tarik utama bagi investor karena mencakup proyek-proyek yang telah melalui proses kurasi dengan kajian mendalam.
“Surabaya memiliki IPRO sebagai alat untuk menarik investor. IPRO adalah portofolio proyek-proyek investasi yang telah dikurasi dan siap ditawarkan, didukung oleh studi pra-kelayakan (pra-feasibility study),” ujar Lasidi, Kamis (4/12/2025).
Melalui IPRO, Pemkot Surabaya dapat menyampaikan potensi investasi secara lebih terstruktur. Khususnya di sektor-sektor prioritas yang mendukung pembangunan berkelanjutan. “Investor cenderung lebih tertarik pada proyek yang sudah memiliki data dan kajian awal yang jelas,” kata Lasidi.
Data DPMPTSP mencatat bahwa realisasi investasi di Kota Surabaya telah mencapai Rp31,3 triliun pada triwulan III atau periode Januari – September 2025, dari target Rp42,69 triliun.
Sementara itu, data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM 2024 menunjukkan sektor Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi menjadi penyumbang investasi terbesar di Surabaya. Kemudian, disusul sektor Perdagangan dan Reparasi, Perumahan serta Kawasan Industri dan Perkantoran, Konstruksi, serta Jasa Lainnya.
Lasidi menekankan Surabaya juga mendorong investasi masa depan yang ramah lingkungan. Sebagai salah satu Pilot City proyek transisi energi SETI (Sustainable Energy Transition in Indonesia), Surabaya tengah mengembangkan kebijakan efisiensi energi dan pembangunan berkelanjutan berbasis teknologi.
“Selain itu, melalui skema sister-city dengan beberapa kota di luar negeri (misalnya Kota Kitakyushu, Jepang), Surabaya juga berusaha memperkuat kerja sama di bidang investasi, teknologi, dan pembangunan,” paparnya.
Lasidi juga memastikan DPMPTSP Surabaya terus memperkuat layanan investasi. Upaya ini dilakukan mulai dari penyederhanaan perizinan, pembangunan infrastruktur, hingga penyediaan pendampingan bagi para investor. “Pemkot Surabaya membuat kemudahan perizinan lewat sistem daring (OSS dan SSW Surabaya) sehingga investor tidak perlu repot datang berulang,” sebutnya.
Bahkan, Lasidi menyebut, semua petugas teknis perizinan kini ditempatkan di satu lokasi, yakni Mal Pelayanan Publik (MPP) Siola. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan layanan one-stop service. “Dengan mekanisme ini, izin bisa terbit dalam hitungan 1-4 hari kerja setelah berkas lengkap. Sehingga memberi kepastian waktu dan kemudahan bagi investor,” tuturnya.
Untuk menangani kendala perizinan, Lasidi memaparkan DPMPTSP Surabaya juga menyediakan sejumlah kanal konsultasi cepat. Di antaranya Klinik Investasi untuk pendampingan informasi dan perizinan, serta Lapis Lupis untuk fasilitasi penyelesaian hambatan investasi dan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM).
“Kami juga menyediakan Pesona Buaya sebagai layanan jemput bola perizinan bagi pelaku UMK, serta Si Pintar berupa chatbot interaktif terkait perizinan dan investasi,” ungkap dia.
Di samping itu, Lasidi menyampaikan Pemkot Surabaya membentuk Tim Percepatan Investasi. Tim ini bertugas menyusun blueprint arah kebijakan investasi serta melakukan pendampingan perizinan. “Termasuk pula monitoring LKPM agar investasi yang masuk dapat terealisasi,” pungkasnya. (q cox)












