Meski mulai basi lantaran tak pernah jelas ujung pangkalnya, namun isu rencana mundurnya Tri Rismaharini Walikota Surabaya masih manjur untuk bisa mendapatkan simpati dari berbagai elemen masyarakat kota Surabaya. Kini giliran komunitas masyarakat Indonesia timur yang tinggal di Surabaya mendatangi Balai Kota untuk memberikan dukungan terhadap Risma agar tidak melakukan langkah mundur dari jabatan walikota Surabaya.
SURABAYA (SPNews) – Kembali diangkatnya berita soal rencana mundurnya Risma dari jabatan sebagai Walikota Surabaya oleh beberapa media ternyata berhasil menuai sejumlah dukungan dari elemen masyarakat. Puluhan warga kembali mendatangi Balai Kota yang kali ini dari komunitas masyarakat Indonesia timur di Surabaya untuk memberi dukungan moral kepada Risma agar tetap mempertahankan jabatannya sebagai walikota hingga selesai.
“Kami juga ingin menanyakan kebenaran kabar perihal pengunduran diri tersebut,” kata Ketua Simpatisan Pendukung Risma, Felix Tanggur. Kemarin, (28/2/14)
Felix Tanggur mengaku, kabar mundurnya wali kota yang beredar di sejumlah media membuat pihaknya terkejut, sekaligus mengatakan bahwa Walikota tidak hanya milik PDIP sebagai parti pengusungnya karena tidak akan seperti sekarang jika masyarakat Surabaya tidak memilihnya.
“Kita ingin bertemu dan berdialog langsung dengan Walikota, Sebagai masyarakat yang memilih Bu Risma, kami secara pribadi dan warga lainnya sangat prihatin dengan situasi seperti ini. Apalagi jelang Pileg. Kami terus terang kecewa tidak bisa bertemu Bu Risma,” tandas Felix.
Pernyataan senada juga disampaikan mantan petinju nasional Anis Roga, yang juga datang bersama pemuda pemudi asal Papua dan Flores yang selama ini tinggal di Surabaya. Dalam Kesempatan tersebut, ia menyatakan mendukung wali kota lantaran track record Tri Rismaharini yang sangat baik.
Dalam kesempatan itu, Anis Roga yang datang bersama Tim Advokasi Indonesia, Forum Lintas Agama, dan Masyarakat Penghayat, menjelaskan Jika Walikota tetap berkeinginan mundur dari jabatannya, maka Tri Risma harus menjelaskan alasannya. Termasuk soal kemungkinan maju Capres Cawapres pada pemilihan Presiden mendatang.
“Risma adalah ibunya warga Surabaya. Jadi, apapun yang ingin dilakukan harus dijelaskan terlebih dahulu kepada masyarakat,” terang Anis.
Terpisah, Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya M. Fikser menegaskan kembali, bahwa hingga kini tidak ada keinginan Wali kota untuk mundur dari jabatannya. Bahkan informasi soal Walikota Pamit ke sejumlah kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga tidak pernah dilontarkan secara resmi.
Begitu pula dengan kabar soal Walikota akan mundur dari jabatannya untuk mencalonkan diri sebagai Capres atau Cawapres, menurut Fikser juga tidak pernah ada niatan. “Saya percaya, bu wali tidak akan mencederai warga Surabaya untuk melepaskan tanggung jawabnya hingga masa pengabdiannya berakhir,” kata Fikser.
Sementara itu, Psikolog Untag Surabaya, Herlina Harsono Njoto SPsi MPsi mengatakan, sikap maju mundur yang ditunjukkan wali kota terkait kabar pengunduran dirinya telah membuat warga suraaya resah. Meski demikian Wali Kota Surabaya dinilainya belum membutuhkan psikolog, namun hanya perlu katarsis atau tempat curhat.
“Medianya bisa macam-macam. bisa dilakukan pada orang yang dekat dan mampu menampung permasalahan hati beliau. Misal pada sejawat, keluarga maupun teman,” kata Herlina.
Ia menilai, upaya wali kota mendatangi dan menyampaikan persoalan yang dinilainya mengganggunya pada DPR RI merupakan salah satu upaya katarsis yang dilakukan. Walaupun hal itu juga bisa dimaknai sebagai upaya politis.
“Wali Kota Surabaya masih sangat mampu mengatasi permasalahannya dan belum memerlukan konselor (psikolog maupun psikiater). Sebab walikota hingga saat ini masih mampu menjalankan tugasnya sehari-hari,” sebutnya. (q cox, B)