SURABAYA (Suarapubliknews) – Perusahaan rintisan atau Startup menjadi salah satu peluang bagi mahasiswa yang ingin menjadi entrepreneur khususnya pada produk berbasis teknologi. Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar webinar ‘Peluang dan Tantangan Startup Inovatif Perguruan Tinggi dan Launching Hibah Startup’.
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD mengatakan, ITS mendukung entrepreneurship dari mahasiswanya agar bisa melahirkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat. “Webinar ini sebagai salah satu bentuk dukungan,” katanya.
Direktur DIKST ITS Achmad Affandi DEA, mengatakan webinar ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa. “Ini merupakan sosialisasi peluang dan tantangan untuk membangun startup di perguruan tinggi, sekaligus kolaborasi dengan pemerintah dan pihak lainnya,” katanya.
Dosen ITS yang juga founder startup otomotif Dr Muhammad Nur Yuniarto mengatakan, syarat dalam pembuatan startup adalah adanya niat untuk membuat sebuah produk. “Ada pasarnya atau tidak itu urusan belakangan, yang harus ada untuk membuat startup itu adalah semangat,” ungkapnya.
Startup dilahirkan ketika lingkungan di sekitarnya belum siap, atau bahkan bertabrakan. Selain itu, mengembangkan startup merupakan proses yang sangat panjang, bahkan dalam langkah pengembangan startup itu sendiri ada kemungkinan ‘kematian’.
Sehingga, yang harus dipegang oleh founder startup adalah dapat membayangkan bagaimana kehidupan di masa depan dan menjaga produk agar tetap survive atau berkelanjutan. “Tidak harus membayangkan bertahun-tahun ke depan, tapi bayangkan kemampuan produk survive untuk satu detik ke depan,” ungkap dosen Teknik Mesin ini.
Dosen yang juga membidani lahirnya mobil listrik dan motor listrik di ITS itu menambahkan, seorang founder startup juga harus bisa melihat masalah dan solusi. “Harus berani bermimpi dan berani rugi, karakter-karakter berani ini ada dalam diri mahasiswa,” tandas Nur.
dosen asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Ahmad Adib PhD menambahkan ide bisnis kreatif juga tak kalah penting. Sebab, nantinya industri kreatif tidak dapat digantikan oleh mesin, sehingga dapat terus memunculkan lapangan pekerjaan bagi manusia.
Di samping itu, Indonesia sendiri memiliki potensi yang tinggi untuk mengembangkan startup. Banyak hal-hal yang ada di Indonesia namun tidak dimiliki oleh negara lainnya. “Seperti kekayaan alam kita, budaya kita, bahasa kita, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Manajer Senior Inkubator dan Layanan Bisnis Inovatif. Ir Baroto Tavip I MSi menambahkan adanya peran inkubator ini adalah untuk menjamin agar startup bisa survive. “Fokus inkubator ITS terbagi dalam beberapa bidang, yakni desain kreatif, ICT dan robotic, otomotif dan transportasi, maritim, farmasi dan medis, serta foods, pariwisata, dan event,” paparnya.
Nantinya, lanjut dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) ini, pada inkubator tersebut akan terdapat beberapa fasilitas untuk menunjang keberlangsungan produk startup. Seperti fasilitas pembimbingan dan pendampingan yang mendukung startup di bidang ipteks sesuai judul-judul startup dan fasilitas terkait lainnya. Selanjutnya ada co-working space, yang menyediakan ruang diskusi dan fasilitas pendukung pengembangan startup.
Selain itu, ada juga fasilitas networking untuk memperluas relasi mahasiswa, peningkatan investasi dan pasar. Kemudian ada fasilitas prototyping produk untuk mengembangkan produk dari skala lab menjadi skala industri, dan ada fasilitas branding promosi. “Untuk konsep branding, semua produk tidak harus punya konsep branding dan pemasaran dulu, karena kami akan membantu,” tutupnya. (q cox, tama dinie)