JAKARTA (Suarapubliknews) ~ Louis Glickman pernah berujar, “Investasi terbaik di Bumi adalah bumi itu sendiri.” Kutipan ini menjadi relevan ketika melihat kiprah Iwan Sunito, Founder & CEO One Global Capital, sebuah perusahaan investasi dan pengembang properti yang berbasis di Sydney, Australia. Dengan strategi dan pandangan jangka panjang, Sunito berhasil mengubah lahan yang semula tak dilirik menjadi aset bernilai triliunan rupiah.
Kisah sukses ini berpusat pada sebuah lahan di Five Dock, kawasan suburban Sydney. Pada tahun 2002, lahan di 155 William Street, Five Dock, hanyalah showroom mobil bekas yang terabaikan. Namun, saat pengembang lain mengabaikannya, Iwan Sunito, pengusaha kelahiran Surabaya yang besar di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, melihat peluang besar. Baginya, ini bukan sekadar mengembangkan sebidang tanah, melainkan membangun masa depan kota.
“Tanpa peliputan dari media, tanpa pesta peresmian, hanya dering telepon, proposal sederhana, dan tentu saja optimisme,” kenang Iwan Sunito mengenai proses akuisisi lahan tersebut. Setelah diakuisisi, lahan itu disewakan sebagai showroom mobil selama lebih dari satu dekade, dengan harga sewa AUD1 juta per tahun, cukup untuk menutupi biaya operasional hingga tiba waktunya untuk pengembangan.
Momentum penting datang pada tahun 2019, ketika Pemerintah New South Wales (NSW) meluncurkan Parramatta Road Transformation Strategy. Strategi ini mengubah aturan zonasi dan membuka potensi besar di koridor tersebut, menetapkan Five Dock sebagai pusat pertumbuhan baru dengan stasiun metro modern yang akan menghubungkan Parramatta dan Sydney CBD secara cepat dan efisien.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, yang juga warga wilayah tersebut, menyoroti bahwa proyek metro dan zonasi baru ini menciptakan peluang luar biasa untuk perumahan dan komersial di Five Dock. Hal senada disampaikan oleh Prof. Nicole Gurran, pakar perencanaan dari University of Sydney, yang menyebut Five Dock sebagai studi kasus ideal bagaimana transportasi publik dan perencanaan terpadu dapat menciptakan pusat kota baru yang inklusif dan bernilai tinggi.
Sebagai hasilnya, Five Dock yang dulu dipandang sebelah mata, kini berdiri di garis depan perubahan. Zonasi lahan berubah drastis, dengan potensi Gross Floor Area (GFA) melonjak menjadi 65.000 m², membuka kesempatan pembangunan 750 apartemen. Lahan yang dibeli Iwan Sunito pada tahun 2002 senilai Rp150 miliar, kini nilainya meroket menjadi Rp1 triliun, dengan potensi pengembangan senilai lebih dari Rp10 triliun. “Ini bukan spekulasi, tapi strategi, riset mendalam, kesabaran, dan kemampuan membaca arah pengembangan tata kota,” tegasnya.
Di tengah pasar properti yang sering terobsesi pada investasi jangka pendek, Iwan Sunito memiliki filosofi yang berbeda, ia menyebutnya “urban chess”. Setiap akuisisi dievaluasi dari sisi perubahan zonasi perkotaan, kebijakan infrastruktur, serta proyeksi pertumbuhan kota. “Pada akhirnya, nilai investasi terbaik itu tercapai bahkan sebelum pengurusan IMB. Kesabaran itu kini membuahkan hasil berlipat ganda,” tuturnya.
Iwan Sunito berencana mengembangkan proyek mixed-use mid-rise di Five Dock, yang dirancang menjadi ikon baru dan terletak sangat strategis, hanya 20 menit dari central business district (CBD) menggunakan proyek Sydney Metro West yang sedang dibangun.
Sebagai pendiri Crown Group (1996), Iwan Sunito telah menciptakan ikon-ikon arsitektur di Sydney. Namun, ia melihat Five Dock sebagai titik balik, melahirkan visi One Global Capital: sebuah platform untuk mengubah aset tersembunyi menjadi investasi unggulan melalui struktur modal kecil, utang rendah, dan visi jangka panjang.
Dalam 12 bulan terakhir, One Global Capital telah mengakuisisi dan mengoperasikan One Global Resorts (resor dan kawasan gaya hidup senilai Rp1 triliun), Grand Eastlakes (hunian mixed-use senilai Rp280 miliar), dan Macquarie Park Hotel (hotel modular senilai Rp750 miliar). One Global Capital memiliki visi untuk mengulang kesuksesan ini dengan melebarkan kemitraan dari segelintir partner menjadi 1.000 partner – lintas geografi dan kelas aset – dengan pendekatan yang menggabungkan co-investor aktif dan mitra pasif.
“Banyak mitra baru kami berasal dari AS dan Tiongkok, yang tertarik bergabung karena stabilitas properti Australia dan pendekatan investasi butik kami yang personal,” jelas Iwan. Ia menambahkan, One Global Capital bukan institusi dana atau platform crowdfunding massal, melainkan jalur investasi yang eksklusif, personal, dan kolaboratif.
Kini, jaringan sindikasi 1.000 mitra eksklusif One Global Capital sedang dibangun untuk proyek-proyek di Sydney, Jakarta, Los Angeles, dan Singapura. Setiap proyek membawa DNA Five Dock: akuisisi berbasis keyakinan, utang rendah, arus kas nyata, dan kenaikan nilai jangka panjang. “Kami hanya butuh 1.000 orang yang berpikir seperti kami – yang ingin membangun kota, bukan sekadar portofolio,” pungkasnya. (q cox, tama dini)