SURABAYA (Suarapubliknews) – Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana menjadi keynote speaker dalam kegiatan seminar nasional bertema “The Next Leader Talk” di ruang aula Soetandyo lantai tiga Gedung FISIP Unair Surabaya, Selasa (15/10/2019).
Pada kesempatan itu, Wakil Wali Kota Surabaya yang akrab disapa WS ini berbagi pengalamannya di dunia politik kepada mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Dalam paparannya, WS menyampaikan bahwa kecenderungan sikap apolitis generasi muda saat ini menjadi perhatian tersendiri. Namun, menurutnya, aktivitas politik dalam kaitan untuk merubah sistem, hanya terpaku dari luar. Salah satunya dengan aksi demonstrasi.
“Dari luar itu bisa, tapi membutuhkan effort yang besar. Jika ingin merubah, jangan dari luar harus masuk ke dalam sistem,” kata WS.
Wawali yang saat ini terdaftar sebagai Bacawali Surabaya di PDIP ini mencontohkan, filosofi politik layaknya seperti sebuah telur ayam. Yakni, sebuah perubahan harus dilakukan dari dalam untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Apalagi, pada tahun 2030 mendatang, Indonesia menghadapi Bonus Demografi, sehingga jumlah generasi muda dan usia produktif akan meningkat.
“Ini yang harus dipahami betul. Sebab, nantinya anak-anak muda sebagai pengganti tongkat estafet kepemimpinan,” katanya.
Sementara itu, akademisi Politik Unair, Fahrul Muzaqqi menilai bahwa usia produktif dalam bonus demografi ini sudah terlihat. Salah satunya, dalam peran partisipasi aktif generasi milenial pada Pemilu dan Pileg 2019 kemarin.
“Hasilnya cukup mengejutkan, tingkat partisipasi mencapai 80 persen. Dan lebih didominasi generasi muda dan kaum milenial,” kata dia. (q cox, And)
