SURABAYA, (Suarapubliknews) — PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Kantor Wilayah Surabaya bersama Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur melakukan kerja sama dalam rangka mendorong layanan transaksi nontunai atau cashless melalui mesin EDC Android BRI maupun QRIS.
Regional CEO BRI RO Surabaya Triswahju Herlina mengatakan BRI sebagai bank BUMN terbesar di Indonesia berkomitmen untuk terus senantiasa dan secara konsisten melakukan terobosan serta inovasi produk dan layanan guna memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat termasuk dengan mengembangkan transaksi non-tunai yang menggandeng berbagai pihak.
“Kerjasama antara BRI Regional Office Surabaya dan Apkrindo Jawa Timur ini merupakan wujud kolaborasi antara perbankan dan pengusaha khususnya bidang food and beverage terutama di tengah kondisi pandemi Covid-19,” katanya di sela penandatanganan kerja sama yang dikemas dalam Program Asian Culinary Tour bertempat di Pasarame Tunjungan Plaza 6 Surabaya.
Kerja sama dengan para pengusaha food and beverage (fnb) di Jatim ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi masyarakat. Ia menambahkan saat ini BRI mulai menerapkan sistem pembayaran dengan EDC Android yang memudahkan pengusaha dalam melakukan transaksi pembayaran yang lebih tepat angkanya sehingga meminimalisir kesalahan kasir dalam menginput nominal transaksi.
Ruang lingkup perjanjian kerjasama tersebut secara khusus terkait dengan penetrasi dan peningkatan tansaksi EDC & QRIS BRI yang terimplementasi di kafe dan restoran anggota Apkrindo Jawa Timur. “Sebagai apresiasi kerjasama tersebut, BRI akan memberikan reward berupa paket wisata kuliner ke negara di Asia,” ungkap Triswahju.
Layanan EDC Android dengan interface sendiri memiliki tampilan baru yang lebih menarik, modem, dan user friendly untuk inovasi dalam mempermudah pelanggan dan merchant melakukan transaksi nontunai dengan tepat sesuai dengan nilai nominal yang harus dibayar.
“Keunggulan EDC Android BRI bagi merchant adalah tempat menerima transaksi tanpa kontak, berhubung dengan Point of Sales (POS), dan terdapat fitur Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), sehingga EDC Android BRI dapat menjadi one stop solution bagi kebutuhan merchant,” ulasnya.
Dengan EDC Android BRI, merchant pun dapat menerima transaksi kartu debit dan kartu kredit dengan principal GPN, VISA, Mastercard, JCB, uang elektronik BRIZZI hingga ORIS hanya dengan satu mesin EDC.
Sejak awal tahun hingga Agustus 2021, BRI telah mengimplementasikan lebih dari 10.000 unit EDC Android secara nasional. BRI menargetkan bisa menerapkan sebanyak 80.000 unit mesin EDC Android di seluruh Indonesia hingga tahun 2022 mendatang. Khusus di wilayah Jatim ditargetkan pada 2022 pengguna EDC Android mencapai 3.000 unit.
“Kalau sampai saat ini di Jatim baru ada 1.500 unit EDC Android yang digunakan merchant di Jatim. Kalau EDC yang biasa dan belum android di Jatim mencapai 7.500 unit,” jelasnya didampingi Chindy Vannie Arie, Departement Head Retail Payment and Card Dept BRI Kantor Wilayah Surabaya.
Merchant pengguna EDC BRI sendiri saat ini sebanyak 40 persen merupakan usaha yang bergerak di bidang kuliner, disusul fesyen, dan elektronik dan gadget. “Namun kalau secara nominal, transaksi EDC yang paling berkontribusi besar adalah merchant elektronik dan gadget karena secara nilai barangnya yang dijual juga lebih mahal,” imbuh Triswahju.
Ketua Apkrindo Jatim, Tjahjono Haryono mengatakan, transaksi nontunai telah mulai banyak dilakukan pelaku usaha kafe dan restoran sejak beberapa tahun terakhir. Terlebih sejak adanya pandemi, penggunaan pembayaran nontunai terus meningkat.
“Dari sekitar 100 pelaku usaha kafe dan restoran dengan lebih dari 200 brand di Jatim, saat ini sekitar 70-80 persen sudah cashless. Diharapkan kerja sama dengan BRI ini layanan cashless akan kian meningkat,” ujarnya.
Selain itu, melalui kerja sama dengan BRI tersebut diharapkan dapat mendorong kinerja industri kuliner sebab di sektor ini juga banyak menyerap tenaga kerja yang juga menjadi faktor penentu perputaran ekonomi masyarakat.
Saat ini industri kuliner mulai mengalami pemulihan setelah sempat terjun bebas dengan tren omset hanya mampu mencapai 30 persen akibat penerapatan PPKM Level 3 dan 4. Tetapi sekarang sudah bisa terangkat menjadi 60-70 persen seperti kondisi sebelum pandemi.
“Harapan kita di akhir tahun ada momen Natal dan Tahun Baru, kemudian rencana PPKM Level 3 akhirnya dibatalkan, kami berharap omset bisa naik menjadi 80-90 persen, karena untuk balik ke 100 persen itu butuh waktu,” terang Tjahjono.
Managing Director Boga Group Jatim, Steven Johnson Tjan mengaku telah menerapkan pembayaran nontunai baik memakai EDC maupun EDC Android di sejumlah brand dan gerai yang dioperasikannya.
“Bagi kami banyak manfaat yang dirasakan, mulai keamanan, ketepatan pembayaran, hingga kenyamanan apalagi sejak pandemi Covid-19. Kita akan terus perluas layanan ini di gerai-gerai apalagi sudah bekerja sama dengan BRI,” katanya. (q cox, tama dinie)