Peristiwa

JCFF 2025: Dorong Kolaborasi Petani dan Barista, Wujudkan Kopi Indonesia Mendunia

81
×

JCFF 2025: Dorong Kolaborasi Petani dan Barista, Wujudkan Kopi Indonesia Mendunia

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur bersama Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menggelar Java Coffee and Flavors Festival (JCFF) 2025. Tahun ini, festival tidak hanya menyoroti kopi, tetapi juga melibatkan produk UMKM berbasis cokelat dan rempah-rempah.

Advisor Bank Indonesia Jatim, Ridzky Prihadi Tjahyanto, menyebutkan bahwa kopi merupakan komoditas strategis Indonesia dengan sekitar 1,8 juta petani di seluruh nusantara. “Selain kopi, cokelat dan rempah-rempah seperti cengkeh juga sangat potensial. Jawa Timur punya kekuatan besar di sektor ini,” ujarnya dalam sesi talk show Strategi Bandring Kopi.

Menurut Rizki, Jawa Timur pada 2024 menyumbang 57.365 ton kopi atau 16% dari total ekspor kopi nasional yang mencapai 103.800 ton. Namun, tantangan masih ada, termasuk tingginya tarif masuk produk kopi ke pasar Amerika. Untuk mengatasinya, BI memanfaatkan perwakilan di luar negeri seperti Tokyo, Singapura, hingga New York sebagai “etalase” UMKM Indonesia. “Di Tokyo misalnya, kita punya showcase kopi bekerja sama dengan pemilik kafe lokal,” tambahnya.

Festival ini menghadirkan sejumlah narasumber utama, seperti Bayu Prawiro (second champion World Brewers Cup 2025), Dona Elvina (Head of Coffee Solution Anomali Group), dan Eti Subiati (owner Kopi Wanoja).

Head of Coffee Solution Anomali Group, Dona Elvina menekankan pentingnya sistem kurasi dan edukasi bagi petani kopi agar mutu produk terjaga sejak dari kebun. Sebagai bagian dari Anomali Group yang sudah mengkurasi kopi Indonesia sejak 2007, ia menjelaskan bagaimana proses pemilihan biji, roasting, hingga inovasi produk turunan seperti soft ice cream kopi dan minuman berbasis buah.

Menurutnya, penguatan kapasitas petani melalui pelatihan dan kolaborasi menjadi kunci agar kopi Indonesia memiliki daya saing, ditambah dengan desain kemasan ramah lingkungan yang kini menjadi perhatian pasar global. “Petani harus diedukasi, tidak hanya soal menanam tapi juga mengolah dan menjaga kualitas. Dengan begitu kopi Indonesia bisa punya nilai tambah dan dikenal dunia,” ujarnya.

Bayu Prawiro, yang baru saja meraih posisi kedua di ajang World Brewers Cup 2025, berbagi pengalaman tentang standar kompetisi kopi dunia. Ia menjelaskan bagaimana enam atribut penting—aroma, flavor, after taste, acidity, sweetness, dan mouthfeel—harus diolah dengan teliti agar kopi Indonesia bisa bersaing.

Bayu menekankan bahwa kualitas tidak hanya bergantung pada teknik penyeduhan, melainkan juga hasil kerja sama erat dengan petani di desa. Ia mencontohkan pengalamannya menggunakan kopi Excelsa dari Sukawangi, yang membuktikan bahwa kolaborasi langsung antara petani dan barista dapat mengangkat kualitas kopi lokal hingga ke panggung internasional. “Kopi terbaik lahir dari kerja sama yang jujur antara petani dan pelaku hilir. Specialty coffee Indonesia bisa bersaing di dunia jika rantai itu solid,” katanya.

Sementara itu, owner Kopi Wanoja, Eti Subiati melalui kisah sukses Kopi Wanoja menyoroti pentingnya konsistensi brand, kejujuran dalam proses bisnis, serta perlindungan hukum. Dengan dukungan Bank Indonesia, kelompok tani perempuan yang ia pimpin berhasil mendapatkan sertifikasi seperti SNI dan HACCP, sekaligus menembus pasar ekspor ke Saudi Arabia, Belanda, Jepang, hingga Amerika.

Eti menegaskan perlunya pelaku UMKM mengurus perlindungan HAKI dan MPIG agar merek lokal tidak mudah ditiru pihak lain. Baginya, perempuan memiliki peran besar sebagai motor penggerak usaha kopi, sekaligus teladan dalam membangun kemandirian ekonomi desa. “Brand lokal harus dijaga. HAKI dan MPIG itu penting supaya usaha kita tidak gampang ditiru, dan UMKM bisa berdiri lebih kuat,” tegasnya. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *