SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Kota Surabaya kembali terpilih dalam nominasi Guangzhou award tahun 2018. Agenda internasional tersebut rupanya sudah diikuti Surabaya sebanyak 3 kali, namun gagal. Keikutsertaan untuk keempat kalinya membuat Wali Kota Surabaya Tri Rismahrini optimis, Kota Pahlawan mampu meraih penghargaan tersebut.
“Semoga yang keempat ini bisa menang,” ujarnya diiringi tepuk tangan dari peserta saat menjadi pembicara dalam acara pra kongres UCLG asia pasific ke-7 bertema Urban Innovation for the local implementasion of global agenda di gedung dyandra convention hall, Rabu, (12/9/2018).
Kendati demikian, Wali Kota Risma – sapaan akrabnya menegaskan bahwa setiap kali Surabaya mengikuti berbagai macam perlombaan level lokal maupun internasional, dirinya selalu menekankan kepada seluruh ASN dan warga bahwa penghargaan bukanlah yang utama. “Justru tujuan utama kita adalah mensejahterakan warga Surabaya agar hidup lebih baik ke depannya,” ujarnya di sela-sela sambutan.
Dirinya pun mengakui bahwa sebenarnya hubungan kerjasama antara Kota Surabaya dengan Kota Guangzhou, Cina sudah terjalin sejak lama. “Kurang lebih saat saya masih menjabat sebagai Kepala Dinas Bina Program tahun 2002,” ungkap wali kota sarat akan prestasi tersebut.
Nicholas You selaku Director of Guangzhou Institute for Urban Innovation mengatakan alasan terpilihnya Surabaya dalam nominasi Guangzhou award karena inisiatif yang dilakukan Surabaya dengan melibatkan masyarakat yang kemudian menjadi gerakan sosial. Hal ini bisa menjadi contoh untuk negara lain dan itu tidak dapat disepelekan.
Nicholas mencontohkan, pembayaran transportasi umum menggunakan botol plastik kosong. Selain itu, inisiatif pengelolaan limbah di Surabaya telah mendapatkan kepemilikan dan pembelian yang luas, sangat kreatif dan di dasarkan pada model bisnis yang murah serta berkelanjutan secara keuangan. “Meskipun populasi berkembang, jumlah limbah yang dihasilkan semakin berkurang,” terangnya.
Lebih lanjut, komitmen yang kuat untuk mengadopsi praktik terbaik dan teknologi internasional dalam menciptakan sistem pengelolaan, pemantauan dan pelaporan limbah yang berkelanjutan secara ekonomi. “Hal itu yang membuat Komite Teknis terkesan oleh efektivitas, kreativitas dan inisiatif Kota Surabaya dan itu sudah dibuktikan secara nyata,” sambung Nicholas.
Menurut Nicholas, Surabaya sudah layak disebut sebagai kota berkelanjutan. Hal itu dibuktikan dengan sistem pengelolaan limbah partisipatif yang menjadi titik awal bagi Surabaya untuk menjadi kota yang lebih berkelanjutan. Pengelolaan limbah yang efektif, kata Nicholas, membutuhkan pengurangan konsumsi, peningkatan penggunaan kembali dan daur ulang dan disiplin.
“Ini adalah indikator kunci dari perubahan perilaku. Mungkin salah satu bahan terpenting untuk memperkenalkan perubahan di sektor lain seperti transportasi dan mobilitas, energi, keselamatan dan nutrisi,” tandasnya.
Nantinya, Surabaya akan bersaing dengan 14 kota untuk mendapatkan Guangzhao award diantaranya, Santa Fe Argentina, Sydney Australia, Salvador Brazil, Repentigny Canada, Wuhan China, Yiwu China, Santa Ana Costa Rica, Milan Italia, Guadalajara Mexico, Utrecht Belanda, Kazan Rusia, e-Thekwini Afrika Selatan, Mezitli Turkey dan New York Amerika Serikat..
“Kota-kota terpilih akan diundang ke Guangzhou pada awal Desember dan juri akan memutuskan pemenang berdasarkan presentasi serta aplikasi tertulis yang telah diajukan setiap kota,” tutup Nicholas. Sumber Humas Pemkot Surabaya (q cox)