SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Baktiono anggota Komisi B DPRD Surabaya, mengaku telah mendapatkan pengaduan salah satu Guru di SMPN 54 Surabaya soal prilaku Keny Erviati sang Kepala Sekolah, yang sering menggunakan umpatan kotor kepada para guru dan muridnya.
“Umpatan kasar yang dilakukan kepala sekolah ini sangat menyakit hati para guru dan murid, yang tentu akan berdampak kepada situasi dan kondisi proses belajar mengajar di sekolah itu, endingnya, tentu yang dirugikan adalah murid,” ucapnya kepada media ini. Kamis (5/4/2018)
Sehingga mantan wakil ketua dan ketua Komisi D DPRD Surabaya ini menengarai, bahwa hal-hal seperti inilah yang menjadi salah satu faktor, jebloknya rangking siswa di kota Surabaya.
“Karena gurunya merasa tidak nyaman saat menjalankan tugas mengajarnya, tidak sepenuh hati, sehingga proses belajar mengajarnya terganggu, demikian juga siswanya, ya hasilnya pasti jelek,” tandasnya.
Terkait hal ini, Baktiono sampai menyinggung soal kebijakan Pemkot Surabaya beberapa tahun lalu, yang melakukan mutasi besar-besaran terhadap guru dan kepala sekolah di wilayah Kota Surabaya.
“Saat itu, saya tegas mengkritisi, karena hasil survei saya di beberapa sekolah, tak sedikit guru yang ternyata mengaku tidak nyaman mengajar di sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya, tetapi justru merasa nyaman saat mengajar di sekolah yang lokasinya jauh, bahkan beberapa wali muridnya nggandoli, artinya, kedekatan soarang guru dengan murid itu merupakan masalah yang sangat penting,” ungkapnya.
Saat dikonfirmasi, salah satu guru SMPN 54 Surabaya membenarkan kabar jika dirinya telah menyampaikan persoalan kepada Baktiono anggota DPRD Surabaya terkait prilaku kepala sekolahnya yang terkesan sangat kasar dalam berkomunikasi, namun meminta agar namanya tidak di mediakan, karena menyangkut keamanan posisinya.
“Iya, ada masalah karena kepala sekolah kurang memiliki etika bersikap, berbicara,” jawabnya saat dikonfirmasi media ini.
Bahkan dia juga mengatakan jika kepala sekolahnya menggunakan ungkapan kotor “bajingan/lonte” kepada siswa. “Bendahara BOS dikatakan gak duwe utek dan cok,” tambahnya.
Ditanya soal bukti, dia mengaku memiliki 21 rekaman pembicaraan kepala sekolah yang sedang menggunakan kata-kata yang bernuansa umpatan kotor. Oleh karenanya, dia berharap agar jabatan kepala sekolah untuk Keny Erviati ditinjau ulang oleh pihak terkait (dinas/walikota) soal kelayakannya.
“Karena pendidikan harus mempunyai karakter religius dan berintegritas,” harapnya.
Sampai berita ini dilansir, media ini belum mendapatkan jawaban apapun dari Keny Erviati sang Kepala Sekolah, ketika berusaha melakukan konfirmasi via ponselnya sekira pukul 18.38 wib (5/4/2018).