SURABAYA (Suarapubliknews) – Ancaman kerusakan lingkungan menjadi isu yang berkembang dewasa ini, salah satunya yang diakibatkan limbah minyak jelantah atau bekas penggorengan. Padahal, jika bisa diolah, jelantah bisa memiliki nilai ekonomis yang bisa lebih bermanfaat.
Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia Jawa Timur, Tjahjono Haryono mengatakan, selama ini minyak goreng bekas penggorengan atau minyak jelantah dari kafe dan restoran para anggota Apkrindo dapat dijual kepada para pengepul.
Kali ini Apkrindo Jatim berkolaborasi dengan Karang Taruna Kota Surabaya menjalankan program ‘Jelantah Karang Taruna’ guna memberdayakan anak muda terutama para pengangguran agar memiliki kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Melalui kolaborasi dengan Karang Taruna Surabaya ini, Apkrindo ingin berbagi sebagai bentuk CSR dan kepedulian lingkungan, setidaknya disisihkan sekitar 10-20 persen dari total minyak jelantah yang selama ini terkumpul.
“Di Apkrindo sudah ada sekitar 10-11 pengusaha yang komitmen untuk menyalurkan minyak jelantahnya ini, tapi outputnya ada ratusan gerai kafe/restoran karena satu usaha terkadang cabangnya banyak. Bukan tidak mungkin jumlahnya akan terus bertambah,” katanya disela penandatangan kerja sama program Jelantah Karang Taruna di HOPS Kitchen & Bar Surabaya.
Dikatakannya, selama ini potensi minyak jelantah dari usaha kafe dan restoran di Surabaya bisa mencapai puluhan ton per bulan. “Artinya jika bisa disisihkan 10 persen saja potensi kapasitasnya bisa mencapai 2-3 ton minyak jelantah per bulan untuk teman-teman Karang Taruna, dan bisa terus bertambah jumlahnya,” ungkap Tjahjono.
Ketua Karang Taruna Kota Surabaya, Fuad Benardi mengucapkan terima kasih kepada para pengusaha kafe dan restoran yang ikut peduli dengan mengalokasikan limbah minyak jelantah yang bisa dimanfaatkan untuk ikut mendorong pemberdayaan anak muda di Surabaya.
Sehingga dengan kolaborasi ini diharapkan akan semakin membantu anak-anak muda Karang Taruna terutama yang tidak memiliki pekerjaan karena dampak pandemi bisa berkarya. “Kita tahu bahwa tingkat pengangguran di Surabaya masih tinggi, dan mayoritas mereka adalah anak muda, ada yang lulusan SMA, ada juga yang lulusan S1 belum bekerja. Jadi kami ingin memberdayakan mereka melalui program Jelantah ini,” jelasnya.
Menurutnya, dengan menggunakan minyak jelantah ini, ratusan anak muda yang telah diberdayakan bisa memproduksi berbagai produk yang menggunakan bahan baku minyak bekas, misalnya sabun.
“Nah dengan adanya ini, paling tidak anak-anak muda ini bisa berkarya berusaha agar mereka bisa membuat sesuatu usaha, bahkan ke depan kita akan terus kembangkan ke usaha atau produk lain,” lanjut Fuad.
Selama ini, Karang Taruna Kota Surabaya telah menggerakkan program Jelantah ini dengan skala kecil yakni dengan mengumpulkan minyak jelantah dari kampung ke kampung dan rumah ke rumah, terutama di wilayah Gununganyar dan Rungkut.
“Tapi memang skalanya masih sangat kecil karena hanya minyak dari olahan rumah tangga yang kita peroleh. Namun melalui kolaborasi dengan swasta seperti dengan Apkrindo ini, diharapkan kita bisa memperoleh lebih banyak bahan jelantah, sehingga skalanya lebih besar dan bisa memberdayakan lebih banyak lagi teman-teman Karang Taruna di Surabaya,” ujarnya. (q cox, tama dinie)