Peristiwa

Konser “Perayaan Suara Rasa” Runtuhkan Stigma, Buktikan Musik Klasik Milik Semua Kalangan

181
×

Konser “Perayaan Suara Rasa” Runtuhkan Stigma, Buktikan Musik Klasik Milik Semua Kalangan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Di tengah hiruk pikuk budaya pop yang mendominasi, musik klasik seringkali dipandang sebagai sesuatu yang eksklusif, sulit dijangkau, atau hanya dinikmati oleh kalangan tertentu. Stigma ini membuat banyak masyarakat, terutama generasi muda, enggan menyelami keindahan dan kedalaman melodi orkestra atau aransemen instrumental yang kaya makna.

Namun, sebuah inisiatif di Amadeo Music Hall, Surabaya, mencoba meruntuhkan tembok tersebut melalui sebuah persembahan yang memukau: konser “Perayaan Suara Rasa” pada Agustus lalu.

Konser ini bukan hanya sekadar pertunjukan musik, melainkan sebuah misi untuk membuktikan bahwa musik klasik adalah bahasa universal yang mampu menyentuh hati siapa pun.

Diselenggarakan atas kolaborasi antara gitaris klasik muda El Vatikan dan komunitas musik Dua Ketuk, acara ini menampilkan sembilan repertoar musik klasik dari komposer legendaris hingga modern.

Dengan keberanian dan bakat luar biasa, para musisi muda seperti El Vatikan, Gabriel Amadeus, dan Bima Sakti membawakan karya-karya seperti “Songs My Mother Taught Me” karya Antonin Dvorak, “Adios, Nonino!” karya Astor Piazzolla, hingga “Hungarian Rhapsody” karya David Popper.

Mereka tidak hanya memainkan nada, melainkan menjiwai setiap alunan, mengubah bunyi menjadi “bahasa rasa” yang menghanyutkan. “Musik klasik ini bahasa rasa. Kami tidak hanya memainkan nada, tetapi juga mencoba menyampaikan apa yang menjadi makna di setiap nada itu,” tutur El Vatikan.

Penampilan yang energik dan penuh ekspresi ini menjadi jembatan bagi audiens baru untuk merasakan keindahan musik klasik tanpa merasa terintimidasi.

Perjalanan “Perayaan Suara Rasa” tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Seniman wastra sekaligus jurnalis senior, Embran Nawawi, turut ambil bagian dengan memberikan dukungan penuh berupa wardrobe khusus yang mempercantik penampilan para musisi.

Sentuhan fesyen ini tidak hanya menambah nilai estetika, tetapi juga menunjukkan sinergi antar-bentuk seni yang berbeda dalam sebuah perayaan. “Kami mensupport wardrobe untuk acara ini, ini adalah kolaborasi yang indah antara musik dan fashion. Seni harus saling mendukung, tidak peduli dari medium mana pun,” kata Embran Nawawi.

“Perayaan Suara Rasa” bukan hanya menjadi ajang bagi para musisi muda untuk unjuk gigi, tetapi juga menjadi sebuah deklarasi budaya. Sebuah upaya nyata untuk mengikis stigma, mendekatkan musik klasik kepada masyarakat luas, dan membuktikan bahwa perayaan paling indah adalah yang mampu berbagi kebahagiaan dan menginspirasi melalui keanggunan seni. Konser ini telah membuka pintu bagi lebih banyak telinga untuk terpikat pada pesona musik klasik.

Di balik gemerlap panggung dan harmonisasi nada, “Perayaan Suara Rasa” juga menyimpan sebuah kisah personal yang menyentuh. Konser ini merupakan inisiasi jurnalis senior Heti Palestina Yunani, salah satu pendiri komunitas Dua Ketuk, sebagai bentuk perayaan ulang tahunnya.

Alih-alih pesta mewah, Heti memilih merayakan momen istimewanya dengan cara yang unik dan bermakna: sebuah konser musik klasik. “Kami memang ingin merayakan momen penting dengan cara yang berbeda, tidak sekadar hura-hura. Kami ingin membuat sesuatu yang lebih bermakna dan berkesan,” tutupnya.

Keputusan ini didukung penuh oleh putranya, El Vatikan, yang menjadi motor penggerak utama di atas panggung. Ini adalah sebuah deklarasi bahwa perayaan sejati tidak harus mengikuti pakem konvensional, melainkan bisa diwujudkan melalui seni, cinta, dan apresiasi terhadap keindahan yang abadi. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *