Pemerintahan

KPU Surabaya Kenalkan Maskot, Mars dan Jingle Pilkada 2020

63
×

KPU Surabaya Kenalkan Maskot, Mars dan Jingle Pilkada 2020

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya memperkenalkan Maskot, Mars dan Jingle untuk Pemilihan Kepala Daerah Surabaya tahun 2020. Kamis (16/01/2020)

Dalam sambutan pembukaan, Nur Syamsi Ketua KPU Surabaya mengatakan jika pihaknya mengusung tema “Pemilihan Bermartabat Surabaya Hebat’.

“Yang dimaksud Bermartabat, pihaknya berharap tiga unsur dalam penyelenggaraan Pelmilu yakni Penyelenggara, Pemilih dan Peserta mengerti sekaligus menjalankan hak dan kewajibannya sesuai peraturan dan perundang undangan yang berlaku,” ucap Nur Syamsi.

Disaat yang sama, Subairi anggota KPU Surabaya Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM, mengatakan bahwa tujuan Maskot, Mars dan Jingle agar memiliki identitas dan ciri khas tersendiri, sehingga berbeda dengan daerah lain.

“Oleh karenanya KPU membuka lomba. Tidak hanya untuk warga di Surabaya, tetapi lebih luas yakni Jatim, agar bisa mendapatkan hasil karya yang terbaik diantara yang baik, dengan koordinator dewan juri Mas Wahyu Widodo,” terang Subairi .

Wahyu Widodo menerangkan bahwa peserta lomba untuk tiga kategori tersebut ternyata di dominasi peserta dari luar Kota Surabaya, dan telah didapatkan 3 pemenanga untuk tiga kategori.

“Siska Wahyu Prasetyawati asal Nganjuk untuk lomba pembuatan Maskot yang mengusung ikon Siro dan Siboy, pemenang lagu Mars adalah Dian Wahyu Hudioro asal Surabaya, dan pemenang untuk Jingle adalah Fajar Setyo Kurniaji asal Sampang Madura,” terang Wahyu.

Wahyu mengatakan bahwa Maskot Siro dan Siboy berhasil menjadi pemenang karena sebelumnya menggunakan boyo dan kemudian suro, maka kali ini menyatukan keduanya, disamping beberapa pertimbangan lain.

“Namun peserta yang lain hasil karyanya juga bagus-bagus, ada yang mengambil ikon bambu runcing, semanggi dan bung tomo. Namun kami dewan juri sepakat dengan Siro dan Siboy,” tandasnya.

Alasan lainnya, lanjut Wahyu, karya Siska dinilai simpel karena nantinya juga akan dibuatkan boneka. “Kalau terlalu detil (njlimet) maka akan kesulitan pembuatannya dan penamaan ikon, murni ide peserta,” tambahnya.

Untuk lomba Mars, dewan juri membatasi durasi selama 2 menit. Untuk penilaiannya, tidak hanya sekedar musik, tetapi kalimat dan kata-katanya juga dijadikan penilaian.

“Bahkan kami juga memberikan beberapa kata yang wajib dimasukkan dalam lirik. Prinsipnya, semua menarik. Ada yang memasukkan unsur musik daerah dan modern” imbuhnya.

Diakhir acara, Soeprayitno Divisi Hukum dan Pengawasan berharap dengan adanya maskot, mars dan jigle ini menjadi pengingat bagi warga Surabaya yang telah memiliki hak pilih di Pilkada Surabaya 2020. “

“Sehingga angka partisipasi pemilihnya bisa optimal,” pungkas anggota KPU Surabaya yang akrab disapa Nano ini. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *