SURABAYA (Suarapubliknews) – Setelah menyelesaikan seluruh proses penerimaan mahasiswa baru (maba) dari berbagai jalur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) secara resmi mengukuhkan sebanyak 5.893 maba dari jenjang sarjana (S1) dan sarjana terapan (D4). Kegiatan yang baru kali pertama diadakan secara luring dan di ruang terbuka setelah dua tahun pandemi tersebut dilaksanakan di lapangan upacara depan Gedung Perpustakaan ITS, Senin (8/8)
Pada kesempatan ini, turut hadir Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim BA MBA yang memberikan sambutan secara virtual. Ia menyampaikan kepada para maba ITS bahwa kreativitas dan kebebasan mahasiswa dalam menempuh pendidikan di kampus telah terjamin oleh Kemendikbudristek.
Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa memiliki kebebasan untuk merajut pendidikan di luar jurusan maupun kampus yang mereka tempati dengan sistem alih kredit semester.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA menuturkan, mahasiswa ITS harus bersyukur atas diterimanya di salah satu kampus teknologi terbaik di Indonesia. Apalagi kampus ITS masih mengandung semangat juang yang tinggi demi memajukan peradaban manusia sesuai dengan mottonya Advancing Humanity.
“Setelah dikukuhkan, tidak ada lagi penggolongan berdasarkan jalur masuk. Namun, kita adalah satu kesatuan, yakni kita adalah sesama warga ITS,” tandas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ini.
Tak hanya Ketua MWA, turut hadir dan menyampaikan sambutannya adalah Ketua Senat Akademik ITS Prof Dr Syafsir Akhlus MSc yang juga memberikan motivasi belajar bagi para maba. Selain itu, hadir pula para wakil rektor, Sekretaris Institut (Sekits) dan para dekan dari tujuh fakultas serta satu sekolah di lingkungan ITS.
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng dalam sambutan pengukuhannya menjelaskan, ITS tahun ini berhasil menerima sebanyak 8.072 mahasiswa baik dari jenjang sarjana, sarjana terapan, maupun pascasarjana yang berasal dari Sabang sampai Merauke.
Tak hanya itu, ITS juga menerima mahasiswa asing sejumlah 56 orang dari berbagai negara di belahan dunia. “Ada mahasiswa dari Belanda, Libya, Prancis, dan berbagai negara lainnya,” ungkapnya.
Ashari meyakinkan bahwa ITS siap menjadi wadah para maba untuk berkreasi dan berinovasi tanpa batasan apapun. Ia juga mengungkapkan, ITS berhasil menjadi peringkat pertama Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dalam bidang lulusan yang cepat mendapatkan pekerjaan dan banyak berwirausaha di Indonesia. “Dengan penghargaan tersebut, sudah membuktikan bahwa ITS berkomitmen untuk meluluskan calon-calon penerus bangsa yang berkualitas,” yakinnya.
Ke depannya, Guru Besar Teknik Elektro tersebut berharap kepada para maba untuk membangkitkan semangat juang mereka dalam merajut pendidikan akademik dan nonakademiknya selama di ITS. Ia pun mengekspresikan kebanggaan yang luar biasa atas antusias para maba meneruskan pendidikannya di ITS.
Sebagai penanda telah dikukuhkannya para maba menjadi bagian keluarga besar ITS, dilakukan penyematan jas almamater secara simbolis oleh rektor kepada dua orang perwakilan maba. “Kami berharap ke depannya, kalian bisa menjadi calon presiden, calon direktur, maupun calon pengurus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di masa yang akan datang,” pungkasnya.
Dengan mengenakan seragam atasan putih dan bawahan hitam, ribuan maba tersebut berbaur dari berbagai macam departemen yang ada di ITS menjadi satu di tengah lapangan berumput mulai dari pukul 07.00 sampai pukul 09.00. Tiap maba diwajibkan membawa selembar kertas berwarna merah dan putih bolak-balik.
Guna menghidupkan suasana pengukuhan dan menumbuhkan semangat para maba untuk bersiap menjadi bagian dari keluarga besar sivitas akademika ITS, berkali-kali pembawa acara menggaungkan nama-nama tiap fakultas yang disambut teriakan antusias para maba yang berada di bawah fakultas yang disebutkan. Atraksi flashmob pun berhasil dirancang dengan mengajak para maba membuat konfigurasi bendera merah putih dari lembaran kertas yang mereka bawa tadi untuk ditaruh di atas kepala. (Q cox, tama dini)