SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Peralihan dukungan Partai Gerindra dari La Nyalla Mattalitti ke Moreno Suprapto di Pilgub Jatim 2018 membuat Ketua Dewan Penasehat DPP Gerakan Satu Indonesia, Bambang Prasetya geram.
Padahal elektabilitas La Nyalla sudah teruji. Terbukti dari sejumlah lembaga survey independen memperlihatkan kalau tingkat keterpilihan La Nyalla dalam pesta demokrasin di Jatim tahun depan sangat mumpuni.
Enam dari tujuh lembaga survey (IDM, Vox Populi, LKPI, LJSI, INES dan PMP-SIKOM) menyatakan tingkat elektabilitas La Nyalla paling tertinggi dari nama lain seperti Syaifullah Yusuf, Khofifah Indar Parawangsa, Tri Rismaharini, hanya satu lembaga survey LSMI menempatkan La Nyalla di nomor 2.
Hasil survey itu membuat masyarakat Jatim sangat antusias saat mendengar wacana Poros Jatim Emas gagasan Gerindra, PAN, PKS. Namun wacana ini mulai menghilang.
Spekulasi poros tersebut disebut-sebut mengusung Cagub Jatim lain, di luar kandidat, Syaifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawangsa. Cagub lain itu mengerucut pada satu nama, yakni La Nyalla Mahmud Mattalitti.
Namun warga Jatim tiba-tiba terkejut, ketika mencuat pemberitaan Gerindra memunculkan nama Moreno Soeprapto sebagi Cagub jatim menggantikan La Nyalla. Lantas bagaimana dengan jam terbang dan daya tahan Moreno jika ditandingkan dengan La Nyalla?
Beredar spekulasi negatif di masyarakat, muncul skenario besar di balik langkah Gerindra mengalihkan dukungan dari La Nyalla dari bursa Cagub Jatim, padahal hasil survey dari tujuh lembaga survey independen menjelang pemilihan Gubernur Jatim 2018.
Lembaga survey independen itu antara lain IDM (Indonesia Development Monitoring, Vox Populi, LKPI (Lembaga Kajian Pemilu Indonesia), LJSI (Lembaga Jaringan Suara Indonesia), INES (Indonesia Network Election Survey), PMP-SIKOM (Persatuan Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi), LSMI (Lingkar Survey Mahasiswa Indonesia).
Sebanyak enam dari tujuh lembaga survey (IDM, Vox Populi, LKPI, LJSI, INES dan PMP-SIKOM) menyatakan tingkat elektabilitas La Nyalla paling tertinggi dari nama-nama lain seperti Syaifullah Yusuf, Khofifah Indar Parawangsa, Tri Rismaharini dll, hanya satu lembaga survey LSMI menempatkan La Nyalla urutan nomor 2.
“Melihat kenyataan ini, wajar bila masyarakat bertanya, “Mengapa La Nyalla digusur?”. Padahal tidak ada satu alasan apapun yang masuk akal untuk menggusur La Nyalla dari peta pertarungan Jatim,” ujar Bambang.
Dia menilai, gonjang-ganjing Cagub dari partai Gerindra ini tanpa disadari justru menguntungkan La Nyalla, sebab namanya makin berkibar membuat “La Nyalla semakin menyala”.
“Semua itu membuktikan La Nyalla sudah teruji, dia mampu hidup dalam tekanan berat, dan ini ciri pemimpin sejati untuk jatim dan sudah terbukti sanggup hidup dalam tekanan sangat berat,” sambung Bambang.
Simpang siur ini membuat masyarakat mulai meragukan komitmen ketiga Parpol tersebut dengan Poros Jatim Emas untuk mempersembahkan calon terbaik bagi warga Jatim.
“Dampak buruk dari ke tiga Parpol tersebut, terutama Gerindra membuat kepercayaan publik hilang, dan sudah pasti akan mempengaruh suara mereka di Pileg dan Pilpres Jatim 2019,” kata Bambang memperingatkan.
Pada saat itu, ketiga parpol tersebut harus siap mengubur mimpi menang di Pileg maupun Pilpres 2019, karena sebagian besar pendukungnya pasti berpindah hati ke parpol lain atau paling naas memilih golput.
Menurut Bambang, Masyarakat zaman sekadar menyadari, jatim membutuhkan sosok pemimpin visioner, profesional, pekerja sosial, berani membela kebenaran tanpa takut mati serta mengerti seluk beluk jatim mulai dari lubang semut sampai koneksi internasional.
Dari kacamata Bambang, Jatim membutuhkan sosok pemimpin ikhlas mewakafkan diri untuk Jatim, semua syarat itu hanya ada pada La Nyalla.
“Bahkan, Cuma La Nyalla sanggup berikrar mengucapkan wakaf untuk Jatim, mungkin bukan cuma di jatim tetapi juga di negeri ini. Melihat kenyataan ini, masih sanggupkah mengabaikan La Nyalla?,” tandasnya.
Lalu bagaimana bentuk pertanggung jawaban kepada Tuhan, kepada masyarakat dan kepada alam, karena niat La Nyalla maju pasti atas ridho Allah? Wajar bila kemudian La Nyalla mendapat dukungan mutlak dari ratusan Habib sampai ribuan kyai di Jatim, selain itu dukungan generasi muda dan berbagai kalangan semakin menguat seiring waktu berjalan.
“Masyarakat masih berharap, Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra, Zullkifli Hasan sebagai Ketua umum PAN dan Mohamad Sohibul Iman sebagai Presiden PKS, memiliki jiwa politisi sejati serta jernih hati serta pikir menyikapi suara akar rumput,” papar Bambang menambahkan.
“Bukan rengekan, tetapi ini pernyataan lugas Jatim membutuhkan sosok La Nyalla, sekarang harapan masyarakat tertumpu pada Gerindra, PAN dan PKS untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa ketiga Parpol tersebut adalah penyambung suara rakyat, karena suara rakyat adalah suara Tuhan,” tutup Bambang. (q cox)