SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Perkembangan teknologi telah banyak membantu bidang kesehatan, khususnya terapi rehabilitasi untuk pasien pasca-amputasi. Mendukung hal tersebut, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi menciptakan metode terapi rehabilitasi yang diintegrasikan dengan teknologi metaverse untuk pasien pasca-amputasi.
Ketua Tim, Epindonta Ginting menyampaikan bahwa terapi rehabilitasi merupakan metode pengobatan pasien untuk mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami cedera atau sudah teramputasi. Terapi ini dilakukan secara rutin selama enam bulan dengan menggerakan anggota tubuh yang tidak diamputasi. “Namun, terapi ini dinilai masih kurang efektif karena mengharuskan pasien datang ke rumah sakit sehingga membuat pasien jenuh,” ungkapnya.
Mengatasi hal tersebut, Ia bersama timnya berinovasi menciptakan metode terapi rehabilitasi yang diintegrasikan dengan teknologi metaverse. Ia menjelaskan, para pasien akan menjalani terapi rehabilitasi dengan dokter secara virtual melalui metaverse tersebut. Dengan begitu, para pasien tidak perlu harus datang ke rumah sakit menjalani rehabilitasi. “Dalam inovasi kami, rehabilitasi dikhususkan untuk pasien pasca-amputasi tubuh bagian atas,” ujarnya.
Epin memaparkan, awalnya pasien akan bertemu dengan dokter secara virtual pada metaverse menggunakan kacamata virtual reality (VR). Dilanjutkan, pasien akan menggerakan lengan atau anggota tubuh yang tidak diamputasi untuk mengukur sinyal saraf dan respon gerakan otot menggunakan alat Electromyography (EMG). Nantinya, sinyal saraf dan gerakan otot tersebut akan divisualisasikan secara virtual dengan alat Motion Tracking.
Terapi rehabilitasi dengan metode virtual ini dinilai memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan metode yang lama. Epin mengungkapkan, terapi ini mampu memvisualisasikan gerakan otot lengan serta gerakan lain secara akurat, sehingga mampu mempercepat rehabilitasi pasien. “Selain itu, terdapat fitur seperti audio dan getaran untuk menunjang pemulihan fungsi motorik tangan dan psikis pasien,” tegasnya.
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin ini membeberkan alasannya menggunakan metaverse dalam inovasi tersebut. Menurutnya, dalam dunia virtual metaverse, para pasien bisa mendapatkan sensasi menggunakan tangan sungguhan agar mampu mempercepat proses pemulihan. Selain itu, para pasien dan dokter bisa saling berinteraksi dan aktif bergerak, sehingga diyakini dapat meningkatkan efektivitas terapi rehabilitasi.
Inovasi bernama Metatherapy ini digagas oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Video Gagasan Konstruktif (VGK) ITS yang terdiri dari Epindonta Ginting, Galih Sukma Adjie, Rizqullah Irwanto, Izzah Awwalin, dan Akila Kumalasari.
Melalui ide solutif tersebut, tim ini juga telah berhasil meraih medali perak dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2022 lalu. Epin berharap inovasi timnya tersebut dapat terealisasikan agar mampu memberikan kemudahan rehabilitasi bagi pasien pasca-amputasi nantuinya. (q cok, tama dini)