Jatim RayaPeristiwa

Lima Pelajar Asal Jatim Raih Dua Penghargaan di Bangkok IPITEx

73
×

Lima Pelajar Asal Jatim Raih Dua Penghargaan di Bangkok IPITEx

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Prestasi gemilang berhasil ditorehkan lima siswa SMA Negeri 2 (SMADA) Surabaya dalam ajang Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEx). Melalui inovasinya berupa Elderly Monitoring System With Artificial Intelligence (EMS-AI), lima siswa asal Jawa Timur tersebut berhasil mengantongi dua penghargaan sekaligus.

Adalah Muhammad Rezqy Agung, Fazil Sabillarasyad, Muhammad Thufail Addausy, Hernawan Santosa, Ayman Nawwaf Alfina kelima siswa yang telah berhasil menciptakan inovasi tersebut untuk bersaing dengan berbagai inovasi dari 24 negara.

Atas prestasi tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya. Menurutnya, prestasi ini menjadi bukti betapa perkembangan teknologi kecerdasan buatan telah sampai di tangan peserta didik. Maka, yang perlu dilakukan saat ini adalah membina bakat dan potensi mereka untuk menciptakan inovasi yang berdampak positif bagi kehidupan.

“Inovasi ini sangat aware dengan kondisi saat ini. Ketika seluruh anggota keluarga sibuk beraktifitas di luar, maka kewajiban untuk berbakti kepada orang tua tetap dapat dilakukan dengan dukungan teknologi yang dikembangkan berbasis AI,” tuturnya, Senin (13/2).

EMS-AI ini merupakan wujud nyata dari implementasi IKI (Inisiatif, Kolaboratif, dan Inovasi) yang dicetuskannya sebagai jawaban atas tantangan masa depan. Hal itu dapat dilihat dari inisiatif para siswa untuk menggali persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, dari inisiatif itu mereka membangun kolaborasi untuk menemukan solusi berupa inovasi sistem pengawasan.

“Kita terus berharap bahwa anak-anak didik kita di sekolah maupun di perguruan tinggi terus meningkatkan semangat IKI dalam mengembangkan daya saing dan menjawab tantangan masa depan,” lanjutnya.

Selain dari NRCT, tim SMADA juga mendapatkan penghargaan berupa special award dari Medical University of Lodz Polandia. Sedangkan EMS-AI sendiri merupakan sistem monitoring berbasis AI atau kecerdasan buatan untuk mengawasi orang tua yang hidup mandiri tanpa keluarga.

Keduanya ialah medali perak kategori Medical and Internet of Things (IOT) dari NRCT (National Research Council of Thailand). NRCT merupakan organisasi pemerintah di bawah Perdana Menteri yang mempromosikan dan mendukung penelitian, penemuan, inovasi dan transfer teknologi kepada pengguna terkait baik sektor swasta maupun negeri.

Sementara itu, Muhammad Rezqy Agung menjelaskan, kelebihan dari inovasi ini adalah tetap memperhatikan privasi orang tua. Sebab, inovasi EMS-AI dapat berfungsi tanpa harus menggunakan kamera pengawas alias CCTV.

“Kami membuat sistem pengawasan orang tua yang terhubung dengan aplikasi sehingga kegiatan mereka di rumah dapat dimonitor dari jarak jauh. Kendati demikian, sistem pengawasan ini tetap mengedepankan privasi orang tua dengan tidak memasang kamera pengawas atau CCTV,” jelasnya.

Untuk menciptakan sistem pengawasan ini, Rezqy bersama timnya membuat perangkat dengan empat sensor khusus. Di antaranya ialah sensor gerak, sensor suhu, sensor pintu dan sensor detak jantung. Dari sensor yang membaca data aktifitas orang tua di rumah. Dari data yang tersimpan di data base, sistem AI mengelolanya sebagai kebiasaan rutin orang tua.

“Pengambilan data kebiasaan itu dilakukan antara tiga minggu sampai satu bulan. Data tersebut akan dikelola dengan sistem AI dan dijadikan sebagai data kebiasaan hidup. Selanjutnya, selama sistem pengawasan beroperasi, EMS-AI akan terus menyimpan data kebiasaan hidup orang tua secara update,” paparnya.
Berdasarkan data kebiasaan tersebut, sensor akan merespon jika orang tua melakukan kebiasaan yang berbeda. Misalnya kebiasaan tidur orang tua yang sehari-hari dilakukan mulai pukul 22.00. Jika lebih dari 22.00 orang tua belum istirahat di kamar maka sistem akan mengirimkan notifikasi ke keluarga yang memegang aplikasi sistem monitroing. “Sehingga melalui alat ini kita dapat mengetahui jika terjadi sesuatu diluar kebiasaan yang dilakukan orang tua,” ujar siswa kelas X tersebut.

Rezqy menceritakan, inisiatif terciptanya inovasi ini karena sejumlah peristiwa yang dialami orang tua jompo tanpa keluarga. Untuk itu, sistem ini dibuat demi menghindari hal-hal vital yang tidak ingin terjadi pada orang tua.

“Alat ini masih kompatibel untuk diaplikasikan di rumah dengan jumlah satu orang tua. Sehingga belum bisa diaplikasikan untuk panti jompo dengan banyak orang tua,” jelas putra sulung Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai tersebut.

Lebih lanjut Rezqy menyampaikan, alat tersebut diharapkan dapat terus dikembangkan hingga untuk dipasarkan. “Dalam kompetisi itu harganya kita tawarkan sekitar USD 260,” sambungnya.

Untuk diketahui, Bangkok IPITEx digelar dalam Thailand Inventor Day (TID) selama empat hari pada 2 – 6 Februari 2023. Peserta yang mengikuti ajang ini berasal dari 24 negara seperti Botswana, Canada, China, Croatia, Egypt, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Laos, Malaysia, Philippines, Poland, Romania, Russia, Saudi Arabia, Singapore, South Korea, Sudan, Taiwan, The United Arab Emirates, The united Kingdom, dan Vietnam. (q cok, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *