SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Jalan Sehat dalam rangka Dirgahayu Bank Jatim 57 Tahun di Lapangan Lenmarc, Surabaya tak hanya dihadiri oleh karyawan Bank Jatim, para pelaku sektor jasa keuangan namun juga Gubernur Jatim Soekarwo dan Anggota Komisi XI DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan, Indah Kurnia.
Dalam kesempatan ini Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan Bank Jatim semakin bertambah umur, harus memiliki visi yang hebat. Tahun 2024, diharapkan asetnya di atas Rp 100 triliun. Pada tahun 2018 ini, Bank Jatim berusia 57 tahun.
“Dilihat dari kemajuan Bank Jatim sampai saat ini, bukan tidak mungkin aset diatas Rp 100 triliun bisa dicapai lebih cepat yaitu pada tahun 2022. Salah satu upaya adalah merangkul UMKM untuk menjadikan Bank Jatim sebagai salah satu sumber pembiayaan,” katanya.
Menurutnya, alasan UMKM harus dirangkul oleh perbankan khususnya Bank Jatim, yaitu jumlahnya tiap tahun meningkat. Pada tahun 2006 dilakukan sensus, jumlah UMKM sebanyak 4,2 juta. Jumlah ini meningkat pada tahun 2012 sebanyak 6,8 juta. Selanjutnya, pada sensus tahun 2016 meningkat lagi menjadi 9,59 juta UMKM.
Selain itu, keberadaan UMKM yang banyak juga berperan terhadap PDRB Jatim, di mana meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012, UMKM menyumbang hanya 54,98 persen, dan saat ini naik menjadi 57,2 persen terhadap PDRB. Melihat capaian pada tahun 2017, menjadi kesempatan untuk biayai UMKM yaitu melalui potensi kredit.
“Ada sekitar Rp 1.161 triliun yang menunggu landing kredit dari perbankan. Dari angka ini, landing kredit yang diberikan bank sekitar Rp 52 triliun. Masih ada ruang lebar sekali yang harus dilakukan, dan Bank Jatim harus menjadikan ini sebagai kesempatan emas,” tegas Pakde Karwo, sapaan akrabnya
Dengan peluang seperti itu, Pakde Karwo mengusulkan tiga hal. Pertama, Bank Jatim harus melakukan pembenahan sumber daya manusia (SDM). Kedua, menggunakan informasi teknologi (IT). Ketiga, meningkatkan profesionalisme keuangan untuk meningkatkan kredit.
”Hal tersebut harus dilakukan karena kondisi pasar yang sangat bagus, dan Bank Jatim sangat cepat beradaptasi. Hal itu menjadi penunjang agar pada tahun 2022 aset Bank Jatim lebih dari Rp 100 triliun,” paparnya.
Jika tiga usulan itu bisa dilakukan, maka pertumbuhan Jatim bukan 5,5 persen tapi 6 persen. Selain itu, Jatim menjadi backbone perekonomian Indonesia karena 14,92 persen ekonomi nasional disumbang oleh Jatim.
“Saya juga mendukung adanya konsep one Dirut one innovation dengan tujuan agar ada banyak inovasi di bidang perbankan di dalam Bank Jatim,” tambahnya.
Direktur Utama Bank Jatim, R. Soeroso mengatakan sesuai dengan planbis yang sudah dicanangkan dan disetujui oleh OJK, yaitu pencapaian baik funding landing maupun profit dan total asset kita sudah sesuai dengan RGB yang disetujui Bank Indonesia.
“Sepertu yang dikatakan Gubernur one direksi one innovation, kami sudah membangun dalam bidang people, khususnya infrastruktur dan sdm, kedua power bisnis bagaimana memenangkan persaingan bisnis, ketiga teknologi mau tidak mau harus karena sudah digital banking,” katanya.
Kedepannya Bank Jatim tetap fokus pada UMKM karena sesuai dengan teori ekonomi yang mengatakan negara yang dikatakan kuat ekonominya apabila minimal 2% jumlah penduduknya entrepreneurship.
“Dan di Jatim sudah betul sehingga terwujud pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari nasional karena UMKM nya tumbuh begitu cepat,” tutupnya. (q cox, Tama Dinie)