SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Dalam semangat Sumpah Pemuda dan perayaan Bulan Batik Nasional, Petra Christian University (PCU) menggelar kegiatan bertajuk “Sumpah Pemuda: Refleksi Cinta Tanah Air Melalui Batik AI Future Code”, di Perpustakaan Gedung Radius Prawiro, Kampus PCU.
Kegiatan ini menjadi bentuk kolaborasi antara Perpustakaan PCU dan Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) melalui pameran seni bertema “Memetik Pucuk Batik”, yang telah berlangsung sepanjang Oktober. Kolaborasi ini menjadi ajakan bagi generasi muda untuk menyalakan kembali semangat kebangsaan dengan cara yang kreatif dan relevan di era digital.
Kepala Perpustakaan PCU, Dian Wulandari, S.IIP. mengatakan kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara budaya dan teknologi. “Kami mendefinisikan kegiatan Batik AI Future Code sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Generasi muda menggunakan kecerdasan buatan dalam menciptakan motif batik yang relevan dengan zaman. Ini sejalan dengan filosofi pameran Memetik Pucuk Batik yang menggambarkan bagaimana generasi muda memanen warisan nenek moyang sekaligus menumbuhkan inovasi baru,” ujarnya.
Dosen DKV PCU, Dr. Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom., yang turut menggagas kegiatan ini, menambahkan bahwa Batik AI Future Code bukan hanya ajang selebrasi budaya, melainkan juga bentuk nyata pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui kolaborasi lintas disiplin antara dosen dan mahasiswa.
“Kami ingin mengajak generasi Z untuk mengekspresikan cinta tanah air secara kreatif dan imajinatif. Lewat teknologi, mahasiswa bisa menciptakan motif batik baru yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan seperti Pancasila, Bendera Merah Putih, atau tokoh pahlawan nasional seperti W.R. Supratman,” ungkapnya.
Dalam pameran tersebut, pengunjung diajak berinteraksi langsung melalui berbagai aktivitas, termasuk membuat desain motif batik kontemporer berbasis AI. Mahasiswa dapat menggunakan template prompt yang disediakan untuk menghasilkan karya orisinal dengan makna kebangsaan.
Tak hanya soal teknologi, pameran “Memetik Pucuk Batik” juga menampilkan koleksi riset visual yang memadukan dua wajah batik: Batik Dolly dan Batik Belanda.
Batik Dolly tampil berani dengan dominasi warna ungu dan motif urban yang merepresentasikan transformasi dari stigma menuju ekspresi seni. Sementara Batik Belanda memperlihatkan sisi sejarah lintas budaya melalui motif flora-fauna, figur tentara, hingga kapal perang yang mencerminkan warisan shared heritage Indonesia–Belanda.
Dian menegaskan, kegiatan ini menjadi bukti bahwa perpustakaan kini bukan sekadar gudang ilmu, melainkan juga living museum dengan konsep GLAM (Gallery, Library, Archive, Museum) yang membuka ruang publik bagi generasi muda untuk belajar dan berkreasi.
Dengan semangat Sumpah Pemuda, PCU berharap kegiatan ini menjadi momentum bagi mahasiswa dan masyarakat untuk mengenang jasa pahlawan sekaligus mencintai budaya melalui inovasi. “Setiap corak batik menyiratkan sebait cerita. Dengan mengenakan batik, kita turut merayakan persatuan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,” tutupnya. (q cox, tama dini)












