SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Berangkat dari satu persamaan visi untuk tetap menjaga keaslian warisan budaya (memetri) sebagai identitas bangsa ditengah kemajuan teknologi, mendorong House of Sampoerna (HoS) bekerjasama dengan UNESA Jurusan Seni Rupa menggelar pameran bertajuk “Memetri Kriya”.
General Manager HoS Ina Silas mengatakan arus kemajuan teknologi pada era milenial yang begitu pesat bukan untuk menjadi sebuah pembenaran untuk ikut terseret dan menjauh dari identitas bangsa.
“Teknologi justru adalah sebuah peluang dalam proses berkreasi, yang bukan untuk mendominasi dan menenggelamkan nilai-nilai tradisi yang telah tumbuh turun menurun di masyarakat tradisional,” katanya.
Seni kriya adalah sebutan untuk karya yang penggarapannya sarat dengan ketrampilan tangan, mempunyai nilai estetika yang tinggi, namun tetap fungsional. Pada seni kriya, para Pande atau Kriyawan berkreasi dengan menggunakan teknik warisan para leluhur, seperti karya kriya logam dengan teknik ukir menggunakan alat pahat ukir logam dan landasan jabung, kriya keramik dengan teknik tekan, pilin dan bidang, karya batik dengan menggunakan canting dan malam sebagai perintang warna dan kriya kayu dengan teknik ukir menggunakan pahat ukir kayu.
Pada perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, beberapa bahan maupun peralatan sudah tidak lagi dapat ditemukan, dan harus digantikan dengan peralatan yang lebih modern. Namun untuk menciptakan karya yang beridentitaskan Indonesia, peralatan modern ini digunakan hanya sebagai alat penunjang. Ketrampilan tangan para Pande tetap merupakan modal utama penciptaan sebuah karya kriya.
Dosen pengampu mata kuliah Kriya Logam, Indah Chrysanti Angge menambahkan pameran Memetri Kriya ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa Jurusan Seni Rupa Unesa.
“Khususnya dan para penikmat seni pada umumnya untuk terus menjaga, mempertahankan serta melestarikan warisan budaya leluhur melalui sebuah karya seni,” tambahnya.
Pameran dihelat di Galeri House of Sampoerna pada tanggal 24 November 2017 hingga 06 Januari 2018. Menghadirkan kurang lebih 30 karya kriya yang melibatkan 16 peserta dari FBS UNESA antara lain Achmad Nuries, Achmad Hozairi, Chrysanti Angge, Cokro Retantoko, Faisall Wilma, Fera Ningrum, Huda Cahyanto, Muchlis Arif, Muhamad Taufik, Nurul Dwi Injaya, Okiek Febrianto, Prastyawan, Singgih Prio, Sofia, Marwati, Sulbi Prabowo, Wahyu Ferdiyan. (q cox, Dn)