SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia tak hanya berlangsung di lapangan-lapangan publik. Di Mercure Surabaya Grand Mirama, peringatan kemerdekaan dirayakan dengan penuh warna dan semangat persatuan, mulai dari upacara bendera yang khidmat hingga karnaval baju adat yang memukau warga kota.
Sejak pagi, suasana halaman hotel sudah meriah. Para karyawan, atau yang akrab disapa Heartist, datang mengenakan baju adat dari berbagai penjuru Nusantara. Pemandangan ini menciptakan mozaik budaya yang indah, dengan pakaian dari Jawa Tengah, Madura, Bali, hingga Papua berdampingan, menyimbolkan keragaman Indonesia.
Acara dimulai dengan upacara bendera yang sakral. Paduan suara Heartist membawakan lagu kebangsaan dan Mars Mercure dengan penuh penghayatan, membangkitkan semangat nasionalisme di antara seluruh peserta.
Setelah upacara, kemeriahan beralih ke jalanan. Seluruh karyawan berbaris rapi dalam karnaval baju adat yang melintasi Jalan Raya Darmo hingga Polisi Istimewa. Aksi ini menjadi pusat perhatian warga yang antusias mengabadikan momen. Suasana semakin hidup berkat iringan Patrol Preng Kuning Surabaya, kelompok musisi jalanan yang memainkan alat musik tradisional seperti gong dan gamelan, menambah kesan otentik pada perayaan.
Kegembiraan memuncak saat pengumuman pemenang lomba yang telah digelar sepanjang bulan kemerdekaan. Kategori Best Dress menjadi favorit, sebagai bentuk apresiasi atas kreativitas karyawan dalam menampilkan busana adat terbaik. Sementara itu, penghargaan Best Team diberikan untuk mengapresiasi kekompakan dan semangat kebersamaan yang terjalin.
Cluster General Manager Mercure Surabaya Grand Mirama, Sugito Adhi mengungkapkan kebanggaannya. Kegiatan ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga wujud kebersamaan dan rasa cinta terhadap tanah air.
“Melihat seluruh Heartist memakai baju adat dari berbagai daerah dan berjalan bersama membuat saya semakin yakin bahwa semangat persatuan itu nyata. Semangat itulah yang ingin kami bawa dalam pelayanan penuh makna kepada tamu,” tutupnya. (q cox, tama dini)
